Bareksa.com - Penjualan kendaraan pada semester I-2015 belum sepenuhnya membaik, walaupun pada Juni --akhir semester I-- mencatatkan peningkatan. Perlambatan ekonomi yang disebabkan oleh ketidakpastian ekonomi global, peningkatan target penerimaan pajak, serta penghapusan subsidi BBM ditengarai menjadi penyebab turunnya penjualan otomotif paruh pertama tahun ini.
Berdasarkan data Gaikindo, total penjualan mobil pada semester I-2015 hanya 525 ribu unit, turun 18 persen dibanding semester I- 2014. Bahkan, penjualan semester I tahun ini mencapai titik terendah sejak 2013.
Grafik: Penjualan Mobil Nasional Per Smester I
sumber: Gaikindo, diolah Bareksa
PT Astra International Tbk (ASII) pemain otomotif terbesar di Indonesia harus menerima pil pahit. Penjualan merek mobil andalan mereka, Toyota turun 27 persen. Padahal pada 2014, penjualan Toyota menyumbang 65 persen dari total unit mobil yang dijual Astra.
Di luar Astra, penjualan mobil merek lain seperti Nissan dan Suzuki --merek di bawah naungan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (IMAS)-- juga turun masing-masing 21 persen dan 23 persen persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Hanya Honda yang tercatat lebih baik dibanding merek lainnya. Penjualan Honda hanya turun 2 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya.
Penjualan mobil merek Honda sejak awal tahun dapat dikatakan yang terkuat di antara merek lainnya. Pada kuartal I-2015 penjualan Honda naik 23 persen dibanding kuartal yang sama tahun sebelumnya. Padahal pada saat bersamaan, Toyota, Suzuki, dan Nissan mengalami penurunan penjualan masing-masing 23 persen, 17 persen dan 17,8 persen.
Grafik: Penjualan Mobil Berdasarkan Merek Per Smester I
sumber: Gaikindo, diolah Bareksa
Tren Penurunan Penjualan Kendaraan
Data Gaikindo yang diolah Bareksa menunjukan bahwa tanda-tanda tren penurunan penjualan kendaraan mulai terlihat sejak 2013. Pemicunya kebijakan Bank Indonesia (BI) memperketat aturan kredit kendaraan melalui pemberlakuan loan to value (LTV) yang mewajibkan uang muka (down payment/DP) sebesar 30 persen. Sejak berlakunya aturan ini, pembeli perlu menyediakan dana tunai lebih banyak untuk membeli kendaraan bermotor.
Penjualan makin melambat sejak diberlakukan peningkatan tarif pajak penjualan barang mewah (PPnBM) kendaraan bermotor CBU (completely built up unit) pada April 2014. Saat itu, Menteri Keuangan Chatib Basri memberlakukan tarif bervariasi mulai 10 persen untuk kendaraan berkapasitas mesin di bawah 1.500 cc, sampai 125 persen untuk kendaraan berkapasitas mesin di atas 3.000 cc.
Penurunan penjualan kendaraan juga diperparah dengan tambahan beban yang harus diterima oleh pengendara, yakni naiknya harga bahan bakar minyak. Terbukti, sejak subsidi BBM dihapus pada 1 Januari 2015 penjualan kendaraan semakin merosot.
Grafik: Tren Penjualan Kendaraan Bulanan (2014-2015)
Sumber: Gaikindo, diolah Bareksa.com
Memang penjualan kendaraan pada semester I masih negatif. Tetapi pada Juni penjualan kendaraan mulai meningkat. Hal ini didukung pelonggaran kredit yang diberlakukan Bank Indonesia, dan datangnya Ramadhan yang diiringi dengan tradisi mudik.
Pada 18 Juni 2015 Bank Indonesia resmi melonggarkan kebijakan LTV dengan menciutkan DP hingga 5 persen. Seiring dengan hal tersebut, penjualan kendaraan pada Juni menunjukan peningkatan. Pada Juni 2015 penjualan motor tercatat naik menjadi 574 ribu unit, tertinggi sejak Januari 2015. Penjualan mobil juga meningkat 3 persen dibanding bulan sebelumnya menjadi 82 ribu unit.