Berita / / Artikel

Perjanjian Nuklir Iran Turunkan Harga Minyak Dunia? Ini Dampaknya buat Indonesia

• 16 Jul 2015

an image
Iran's President Hassan Rouhani attends a news conference at a hotel after the fourth Conference on Interaction and Confidence Building Measures in Asia (CICA) summit, in Shanghai in this May 22, 2014 file photo.(REUTERS/Carlos Barria)

Saat pengumuman, harga minyak mentah jenis Brent sempat turun hingga 2 persen menyentuh $56,67 per barel.

Bareksa.com - Iran akhirnya menandatangani perjanjian pembatasan nuklir dengan enam negara, yakni Rusia, Amerika, China, Perancis, Jerman dan Inggris. Kesepakatan ini akan membuat sanksi ekonomi terhadap Negeri Para Mullah secara bertahap dicabut. Sebagian besar sanksi terhadap Iran masih akan berlaku hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengkonfirmasikan kepatuhan Iran terhadap perjanjian itu. 

Kesepakatan pembatasan program nuklir Iran berdampak terhadap harga minyak dunia. Sesaat setelah kesepakatan dicapai, harga minyak dunia sempat turun. Para pelaku pasar takut Iran akan membanjiri pasar dengan minyak mentah yang mereka miliki. Pasalnya, seiring dengan kesepakatan ini Iran bisa kembali bergabung di tatanan ekonomi dunia dan mengekspor semua produk dan sumber daya alamnya, termasuk minyak mentah.

Saat kesepakatan itu diumumkan, harga minyak mentah jenis Brent anjlok hingga 2 persen, menyentuh $56,67 per barel. Iran sendiri sudah mengirim sinyal untuk segera menjual minyaknya. Artikel yang dipublikasi oleh Kementerian Energi Iran menyatakan mereka akan segera mengambil langkah-langkah untuk melakukan ekspor.

"Kami mencoba untuk memaksimalkan ekspor minyak mentah ke Eropa dan mengembalikan 42-43 persen pangsa pasar di Eropa sebelum sanksi dijatuhkan," kata Mohsen Qamsari, Direktur Hubungan Internasionadi Perusahaan Minyak Nasional Iran.

Namun demikian, seperti dilansir CNBC, sejumlah analis menilai Iran belum memiliki kemampuan untuk mewujudkan target itu. Analis dari Energy Aspects, Amrita Sen, mengatakan Iran saat ini jelas tidak punya cadangan minyak sebanyak itu. Ia menambahkan, Iran masih punya pekerjaan rumah untuk menarik investasi besar ke sektor infrastruktur mereka.

Sebaliknya, Vox.com memproyeksi pencabutan sanksi ekonomi atas Iran memang berpotensi memukul harga minyak dunia -- meski tidak akan terjadi dalam waktu dekat. Diperkirakan, dibutuhkan waktu hingga enam bulan atau lebih sebelum ekonomi dunia merasakan dampak signifikan dari kesepakatan nuklir Iran ini.

Jika semua berjalan sesuai rencana, Amerika Serikat dan juga Uni Eropa tidak akan membatalkan sanksi mereka hingga awal 2016 nanti. Namun, begitu sanksi tersebut dilepas, Iran diproyeksikan bisa menjual 30-37 juta barel minyak per tahun melalui kapal-kapal tanker mereka.  

Faktor-tunda lain, Iran tampaknya membutuhkan waktu untuk mengambalikan produksi minyak mereka ke level sebelum dikepung sanksi ekonomi. Iran sendiri mempunyai cadangan minyak terbesar keempat di dunia. Sanksi ekonomi dunia telah menggerus produksi minyak Iran secara signifikan.

Grafik: Produksi Minyak Iran

Sumber: Vox

Daratan Iran berada di atas cadangan minyak sebesar 158 miliar barel. Jika menoleh kembali ke tahun 2008, Iran memproduksi hingga 4 juta barel minyak mentah setiap hari. Namun, pada bulan Mei 2015, produksi jatuh hingga 2,8 juta barel per hari.

Ekspor Iran juga menurun dari 2,6 juta barel setiap hari pada 2011 menjadi hanya 1,4 juta barel per hari pada 2014. Tujuan ekspornya kebanyakan ke China, India, Jepang, Korea Selatan, dan Turki.

Grafik: Ekspor Minyak Iran

Sumber: Vox

Sebulan belakangan, harga minyak WTI menunjukkan tren menurun; ditekan berturut-turut oleh krisis Yunani, pasar saham China, dan terakhir oleh lepasnya Iran dari sanksi ekonomi ini.

Berdasarkan data Bloomberg Rabu, 15 Juli 2015, minyak WTI saat ini diperdagangkan pada harga $53.40 per barel; naik dibandingkan sesi pembukaan yang berada pada level $53.04 per barel. WTI adalah patokan harga yang digunakan Indonesia untuk menentukan harga BBM.

Grafik: Harga Minyak WTI Satu Bulan Terakhir

Sumber: Bloomberg

Lantas apa dampaknya buat Indonesia?

Anjloknya harga minyak dunia diperkirakan akan ikut memerosotkan penerimaan negara dari sektor migas. Penerimaan negara dari sektor migas selama ini berkorelasi positif dengan pergerakan harga minyak, seperti ditunjukkan data Bareksa dalam grafik di bawah.

Grafik: Perbandingan Penerimaan Negara Sektor Migas dengan Harga Minyak WTI

 
Sumber: BI dan Bloomberg, diolah Bareksa

Meski demikian, sebagaimana dijelaskan ekonom senior Universitas Indonesia Prof. Dr. Ari Kuncoro, kondisi ini tetap akan menguntungkan Indonesia. Sebab, saat ini jumlah minyak yang diekspor jauh lebih kecil dibandingkan yang diimpor. Selain itu, harga minyak yang diimpor nilainya jauh lebih rendah dibandingkan yang diekspor. Jadi, tetap positif bagi Indonesia,” ujarnya, kepada Bareksa.  

Hal senada diungkapkan praktisi migas Tjetjep Muljana. Indonesia sebagai importir netto minyak akan dapat menghemat pengeluaran dari impor minyak dari Singapura. "Tapi saya tidak bisa bilang harga minyak pasti akan turun," dia menekankan.

Ditambahkan Tjetjep, pasokan minyak dunia saat ini sudah berlebih. Ini terbukti dengan anjloknya harga dari $100 per barel menjadi hanya $50. Ini berarti pasokan di pasar sudah berlimpah, sehingga penurunan harga akibat kesepakatan nuklir Iran tidak akan terlalu signifikan.

Hal lain, pasokan minyak dunia berasal dari negara-negara yang tergabung dalam OPEC dan Non-OPEC. OPEC memasok sekitar 30 juta barel per hari, sedangkan non-OPEC sekitar 57 juta barel per hari. Sementara itu, rata-rata kebutuhan minyak dunia sekitar 93 juta barel per hari. Jadi, masih ada defisit sekitar 6 juta barel per hari.

Menurut Tjetjep, dengan asumsi nilai tukar rupiah tetap di kisaran Rp13.250-13.300 per $, penurunan harga minyak akan menguntungkan Indonesia walaupun nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika masih terdepresiasi. Pasalnya harga minyak jatuh hingga 50 persen, sedangkan rupiah "hanya" terdepresiasi dari Rp11.500 menjadi Rp13.000.

Namun, penurunan harga minyak dunia akan berdampak buruk bagi sektor eksplorasi migas Indonesia. Aktivitas eksplorasi akan semakin merosot dan berujung pada pengurangan tenaga kerja. 

Ndiame Diop, Lead Economist and Economic Advisor Bank Dunia untuk Indonesia, pernah mengatakan penurunan harga si emas hitam sangat membantu mengurangi tekanan terhadap neraca perdagangan Indonesia maupun APBN. Ini karena Indonesia adalah nett importer minyak. Saban hari Indonesia mengimpor minyak 500-600 ribu barel minyak mentah senilai $60 juta atau $21 miliar setahun. “Harga minyak yang rendah membuat neraca perdagangan menjadi terbantu karena nilai impor migas berkurang. Apalagi, subsidi energi sekarang sudah berkurang sekali. Jadi, neraca bisa bagus,” ujarnya. (kd)

Tags: