Tabungan Dana Minyak $15 Miliar, Indonesia Perlu Belajar dari Timor Leste?

Bareksa • 15 Jul 2015

an image
Presiden SBY menerima kunjungan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao di Istana Merdeka, 20 Maret 2013 (Wikimedia Commons/Istana Kepresidenan RI)

Gross National Income per kapita bekas provinsi ke-33 ini juga sudah melampaui Indonesia pada periode 2007-13.

Bareksa.com - Timor Leste, negara yang memisahkan diri dari Indonesia 13 tahun lalu melalui referendum 30 Agustus 1999, ternyata mengelola sumber daya minyaknya dengan kinerja mencengangkan. Bahkan, kata ekonom senior Faisal Basri, untuk urusan ini Indonesia bisa dibilang perlu belajar dari bekas provinsinya yang ke-33 ini.

Timor Timur -- demikian Timor Leste dulu kita sebut -- memang bergantung pada hasil produksi minyak sebagai sumber pendapatan utamanya. Pada 2013, produksi minyak mentahnya (crude oil) sudah mencapai 79.260 barel per hari (bph) -- hampir 10 persen dari produksi Indonesia sebesar 827.830 bph.

Faisal menerangkan pemerintah Timor Leste memperlakukan minyak sebagai hak bagi generasi mendatang mereka, sehingga tidak dihambur-hamburkan. Penghasilan dari minyak mereka masukkan ke dalam Petroleum Fund yang dikelola oleh Bank Sentral Timor Leste. Petroleum Fund ini tidak langsung digunakan untuk mendanai anggaran belanja negara pada tahun yang sama, tetapi ditabung untuk masa depan. 

Kebijakan ini, menurut Faisal, bertolak belakang dengan kebijakan Indonesia yang selama ini memilih menghamburkan uang dengan mensubsidi penggunaan BBM.

"Negara-negara yang kaya sumber daya alam banyak menabung untuk masa depan atau untuk mengantisipasi kemerosotan pendapatan kala harga komoditas anjlok. Pemerintah memang sudah seharusnya bertugas mengurangi volatilitas perekonomian," demikian ditulis Faisal di blognya, faisalbasri01.wordpress.com, pada 12 Juli lalu.

Faisal melihat pengelolaan dana minyak Timor-Leste tergolong sangat baik. Mengutip data Revenue Watch Institute, ekonom yang disegani ini menyoroti bahwa skor pengelolaan dana sumber daya alam Timor Leste adalah 83 (dari nilai tertinggi 100), dan masuk peringkat lima terbaik dunia.

Grafik: Dana Pengelolaan Dana Sumber Daya Alam 2013

Sumber: Revenue Watch Institue, dikutip dari Blog Faisal Basri

Petroleum Fund dibentuk sejak 2005 dan digunakan pemerintah Timor Leste sebagai alat untuk mendukung kebijakan fiskal guna kepentingan jangka panjang Timor Leste. Nilai dana minyak itu mencapai $15,5 miliar per Juli 2014, naik dibanding $14 miliar pada setahun sebelumnya. Sebaliknya, nilai tabungan dari pendapatan minyak Indonesia adalah nol.

"Walaupun masih banyak tertinggal dari Indonesia, setidaknya Timor Leste memulai langkah membangun negeri di jalur yang patut ditiru oleh Indonesia," tulis Faisal.

Dengan produksi minyak yang sebagian berada di bawah perairan Timor dan berbatasan dengan Australia itu, Gross National Income (GNI) per kapita Timor-Leste selalu berada di atas Indonesia sejak 2007 hingga 2013. GNI per kapita Timor Leste mencapai $4.250 pada 2013, di atas Indonesia yang $3.760.

GNI per kapita adalah indikator yang menghitung semua output produksi penduduk lokal plus pajak, tetapi tidak memasukkan produksi dari investasi luar negeri.

Grafik: GNI Per Kapita Timor Leste Vs Indonesia

Sumber: World Bank

Akan tetapi, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Prof. Dr. Ari Kuncoro menilai bahwa ketergantungan Timor Leste yang begitu tinggi terhadap minyak tidak bisa serta-merta menjamin kesejahteraan penduduknya. Dia menjelaskan bahwa GNI hanya menampilkan angka produksi saja, tetapi tidak menunjukkan kemampuan keseluruhan ekonomi suatu negara.

"Minyak itu sumber daya mentah saja, tidak seperti manufaktur yang mempekerjakan karyawan dan memberi gaji. GNI tinggi belum bisa dibilang kemampuan ekonominya bagus," katanya kepada Bareksa.

Lantaran sangat bergantung pada komoditas, laju ekonomi Timor Leste jadi begitu dependen pada pergerakan harga minyak. Hal ini terlihat di tahun 2014 di mana GNI per kapita Timor Leste anjlok menjadi $3.120 di bawah Indonesia -- yang stagnan di level $3.650 -- akibat harga minyak global ambrol hampir 60 persen pada periode Mei 2014 - Maret 2015.

Grafik: Pergerakan Harga Minyak WTI ($ Per Barel), Juni 2010 - Juni 2015


Sumber: Bareksa.com

Terlepas dari masalah ketergantungan pada minyak, kinerja perekonomian negara baru yang menjadi anggota PBB pada 20 Mei 2002 ini, tergolong menjanjikan. Timor Leste mencatat tingkat pertumbuhan tahunan Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) sebesar 7,1 persen pada tahun lalu. Angka itu jauh lebih tinggi dibanding Indonesia yang hanya 5,01 persen.

Grafik: Pertumbuhan GDP Tahunan Timor Leste

Sumber: Trading Economics

Secara umum, perekonomian Indonesia masih jauh lebih besar dan lebih maju ketimbang Timor Leste. PDB Indonesia berdasarkan paritas daya beli (purchasing power parity, PPP) pada 2014 telah mencapai $2.676 miiar dan berada di urutan ke-8 dunia. Sedangkan Timor Leste hanya $2,7 miliar di urutan ke-170. Dilihat dari besaran PDB-nya, negara yang berpenduduk 1,2 juta orang ini juga masih sangat rendah, cuma $1,5 miliar pada tahun 2014, dan tergolong yang termiskin ketiga di Asia. Sementara PDB Indonesia di tahun yang sama sebesar $888,5 miliar. (np, kd)