SMGR Sentuh Harga Terendah Dalam 3 Tahun Terakhir, Apa Penyebabnya?

Bareksa • 15 Jul 2015

an image
Pekerja menngangkat semen ke kapal Pedi dengan tujuan Pulau Bawean di Pelabuhan Rakyat, Gresik, Jawa Timur, Kamis (16/4). ANTARA FOTO/Sahlan Kurniawan/ed/Spt/15.

Akibat perlambatan ekonomi Deutsche Bank ikut menurunkan target estimasi volume semen dalam negeri untuk tahun 2015-2017

Bareksa.com - Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen nasional semester I 2015 turun sekitar  3 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan penjualan ini salah satunya karena lambatnya realisasi pembangunan proyek infrastruktur milik pemerintah maupun swasta.

Permintaan semen pada semester I 2015  hanya mencapai 28,1 juta ton. Angka itu turun dibanding penjualan periode yang sama tahun lalu sebanyak 28,94 juta ton. Di pulau Jawa penjualan turun menjadi 15,8 juta ton dari sebelumnya 16,3 juta ton, Kalimantan turun 7,6 persen menjadi 2 juta ton dari sebelumnya 2,2 juta ton, sedangkan Sulawesi melambat 0,9 persen menjadi 2,08 juta ton dari sebelumnya 2,09 juta ton.

Lesunya pasar semen berdampak pada penjualan PT Semen Indonesia  Tbk (SMGR). Pada semester I 2015, penjualan SMGR turun 3 persen menjadi sekitar 12,34 juta ton. Penyebabnya penyerapan semen di beberapa daerah vital melemah akibat proyek-proyek yang belum berjalan.

Lesunya penjualan juga ikut menekan harga saham SMGR. Harga saham produsen semen pelat merah ini sempat berada pada kisaran Rp11.200 pada 10 Juli 2015 atau terendah selama tiga tahun terakhir.

Pergerakan Harga Saham SMGR Periode 1 Juli 2012- 14 Juli 2015

sumber:bareksa.com

Dalam riset yang dikirimkan kepada nasabah pada 7 Juli 2015, Deutsche Bank ikut menurunkan target estimasi volume semen dalam negeri untuk periode 2015-2017 termasuk semen milik SMGR sebesar 5-6 persen karena perlambatan ekonomi dan penundaan pencairan anggaran infrastuktur.

“Namun jika pemerintah dapat mempercepat pencairan anggaran, kami  menargetkan konsumsi dalam negeri dapat tumbuh 8-10 persen (1,5-1,7 kali lipat dari pertumbuhan GDP), walaupun hal ini masih bergantung pada kemauan politik dan kemampuan untuk melaksanakan proyek infrastruktur yang telah direncakan,” ujar  analis Deutsche Bank dalam risetnya.

sumber: Deutsche Bank

Hingga semester I 2015, sektor semen Indonesia memiliki penurunan kinerja sekitar 18 persen secara year to date (dari sebelumnya rata-rata penurunan kinerja pada 2014 sebesar 10 persen).

Diperkirakan volume pada 2015 masih relatif datar. Namun untuk jangka menengah hingga jangka panjang masih adanya potensi untuk meningkatkan progres pada proyek infrastruktur sehingga akan meningkatkan penggunaan semen

Selain itu Deutsche Bank juga memperkirakan  marjin operasi SMGR pada 2015-2017 berada pada kisaran 23 - 24 persen atau turun dari 26 persen pada 2014 imbas dari pemotongan harga semen bagi produsen semen badan usaha milik negara (BUMN) sebesar Rp3.000 per sak pada akhir Januari 2015.

Pergerakan Marjin Operasi SMGR 1998 Hingga 2017 (Estimasi)

sumber: Deutsche Bank

Menurut Mohamad Adityo Nugroho, analis Paramitra Alfa Sekuritas, penjualan semen hingga saat ini memang masih cenderung melemah karena penurunan ekonomi sejak 2012 yang berimbas kepada penurunan sektor properti. Namun, diperkirakan kuartal III-2015 akan ada penguatan karena infrastuktur mulai berjalan

Meskipun kuartal III 2015 akan ada peningkatan, tapi yang perlu dikhawatirkan untuk 2016-2017 adalah masalah yang mengarah kepada over capacity. Sebab akan ada 10 pemain baru yang akan membangun pabrik di sejumlah wilayah. Besar kemungkinan pada 2016-2017 sektor semen ini dapat memiliki kinerja yang lebih baik.

Dalam catatan ASI perusahaan swasta dan asing saat ini telah menguasai 56 persen industri semen nasional, sedangkan sisanya 44 persen dipegang oleh dua BUMN semen, yakni Semen Indonesia dan Semen  Baturaja.

“Bertambahnya kompetitor  semakin mempersengit persaingan. Ditambah lagi dengan adanya peningkatan kapasitas produksi industri semen, baik dari pemain baru dan pemain lama, berpotensi semakin menekan margin para produsen semen, termasuk SMGR," ujar Adityo.