Bareksa.com – Pemerintah Yunani akhirnya mendapatkan dukungan 61 persen rakyatnya untuk melanjutkan negosiasi dengan kreditor pemegang obligasi negeri tersebut. Masyarakat Yunani melalui pemilihan suara memilih juga menolak pemotongan dana pensiun dan kenaikan pajak yang diusulkan oleh Dana Moneter Internasional (IMF).
Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras menggambarkan hasil pemilihan suara ini sebagai kemenangan terbesar rakyat dan akan mengupayakan bernegosiasi kembali dengan para kreditor.
“The mandate you've given me does not call for a break with Europe, but rather gives me greater negotiating strength,” tulis Tsipras dalam akun Twitter-nya.
Kanselir Jerman Langsung Umumkan Rapat Antar Pemimpin Euro
Sebagai reaksi atas hasil pilihan rakyat Yunani, Kanselir Jerman Angela Merkel dan Presiden Prancis Francois Hollande menyerukan pertemuan dengan para pemimpin kawasan Euro pada 7 Juli, yang akan membahas mengenai skenario bagi nasib Yunani seperti dikutip Bloomberg. Mereka akan memutuskan apakah opsi kembali mengucurkan uang untuk menyelamatkan negara Para Dewa itu masih memungkinkan atau sebaliknya.
“Akan susah ditebak apakah Jerman dan Perancis akan mau membantu kali ini, karena sudah menyangkut politik kesatuan Euro. Sebab kalau disetujui, negara-negara lain seperti Portugal dan Spanyol bisa ikut-ikutan seperti Yunani,” ungkap ekonom senior yang tidak mau diungkapkan namanya.
Yunani seharusnya membangun kepercayaan yang telah mereka rusak sendiri dan meyakinkan Euro bahwa mereka punya mandat baru dan serius memperbaiki perekonomiannya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Wolfango Piccoli, Managing Director Teneo Intelligence. "Tidak ada yang gratis di dunia ini. Jika Tsipras menginginkan bantuan, maka dia (Tsipras) harus menyusun proposal yang realistis," ujar Wolfango dikutip Bloomberg.
Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) Prof. Ari Kuncoro juga menyayangkan aksi penolakan masyarakat Yunani atas usulan pemotongan dana pensiun dan kenaikan pajak.
“Euro melihat anggaran pemerintah Yunani belum banyak berubah, masih banyak pemborosan. Salah satunya anggaran bagi dana pensiun.”
Aksi penolakan tersebut tidak terlepas dari janji Tsipras dalam kampanyenya untuk tetap mempertahankan penyaluran dana pensiun. Selain itu, masyarakat Yunani juga menilai ekonomi akan sulit tumbuh kalau anggaran pemerintah diperketat.
“Padahal, itu pil pahit yang harus dibayar untuk perbaikan ekonomi mereka,”ujar Ari kepada Bareksa.
Ekonom HS Global Insight Diego Iscaro mengungkapkan bahwa satu-satunya harapan Yunani agar kesepakatan dengan pemimpin Euro berhasil adalah dengan memasukkan klausul mengenai penghapusan utang di masa depan jika Yunani mampu mencapai target yang diminta oleh Euro. "Ini akan sangat sulit, tetapi kredit0r mungkin akan sampai pada satu kesimpulan bahwa ini satu-satunya cara untuk menghindari Yunani keluar dari zona Euro."
Jika dibanding dengan negara Eropa lainnya yang meminta dana talangan, memang hanya Yunani yang ‘nakal’. Negeri ini melanggar perjanjian yang dibuat oleh kreditor.
Sebagai catatan, selain Yunani ada beberapa negara Eropa seperti Irlandia, Portugal, Italia dan Spanyol yang meminta dana talangan (bailout) untuk menutupi beban ekonomi yang tengah menimpa negara-negara tersebut pada 2011.
Dampaknya Bagi Mata Uang Dunia
Ari Kuncoro menilai dalam rapat 7 Juli besok, kredibilitas mata uang Euro akan dipertaruhkan. Alasannya, jika rapat tidak menghasilkan solusi terbaik, maka nilai mata uang Euro akan melemah dan imbasnya dolar AS kembali menguat.
“Kalau dolar AS menguat, maka nilai tukar mata uang global akan terkena tekanan, termasuk juga Rupiah. Yang parahnya, tekanan terhadap Rupiah selalu lebih besar dibandingkan pelemahan mata uang lain jika ada sentimen negatif dari luar negeri,” ujar Ari.
Ari menjelaskan tekanan tersebut berasal dari aksi fund manager asing yang akan menarik dana investasinya di negara emerging market – termasuk Indonesia– untuk menutupi kerugian di negeri maju. Selain itu, tekanan dari para spekulan dalam negeri yang mengambil keuntungan dengan membeli dolar AS akan membuat pelemahan Rupiah lebih dalam.
Kondisi ini pernah terjadi ketika Krisis Yunani pada 2011 diikuti beberapa negara lainnya, seperti Irlandia, Portugal, dan negara lainnya. Saat itu, Rupiah ikut melemah ke level Rp9.103 per dolar AS dari sebelumnya Rp8.488 pada awal Agustus 2011. Arus dana asing juga tercatat sempat ke luar sebesar Rp34,19 triliun dari pasar keuangan Indonesia.
"Bank Indonesia (BI) sebagai otoritas moneter juga harus siap siaga kalau-kalau pelemahan Rupiah nanti kembali terjadi. Kalau dibiarkan akan memberatkan pemerintah juga nantinya," ujar Ari.
Grafik Pergerakan Nilai Tukar Rupiah Periode 2010-2011
Sumber: Bareksa
Komentar senada juga diungkapkan oleh Bharat Joshi, Manajer Investasi PT Aberdeen Asset Management. Menurut dia, dalam waktu dekat diperkirakan akan ada volatilitas portofolio di pasar keuangan Indonesia akibat aksi pelaku pasar ini. Aksi itu bisa membuat harga saham di bursa efek turun.
“Perusahaan yang biasanya memiliki waralaba kuat dan neraca sehat, seperti Astra, Indocement dan Unilever juga akan banyak dijual dalam volatilitas itu,” ujar Bharat kepada Bareksa.