MARKET FLASH: SSIA Ingin Akuisisi META dari Grup Rajawali

Bareksa • 02 Jul 2015

an image
Pemandangan di kawasan konstruksi proyek jembatan Merah Putih atau jembatan Marthafons di kota Ambon, Maluku, Rabu (6/5). Pembangunan infrastruktur Jembatan 1.060 meter yang membentang di atas Teluk Dalam Ambon itu menghabiskan anggaran Rp416,75 miliar dari APBN. ANTARA FOTO/Irwansyah Putra

Telkom dan TBIG perpanjang tenggat share swap Mitratel; UNVR tahan kenaikan harga

Bareksa.com - Berikut sejumlah berita terkait korporasi dan pasar modal yang dirangkum dari surat kabar nasional:

PT Surya Internusa Tbk (SSIA)

SSIA berniat mengakuisisi PT Nusantara Infrastructure Tbk (META). SSIA akan medorong afiliasinya PT Lintas Marga Sedaya (LMS) untuk mengambil alih 40 persen saham di perusahaan infrastruktur itu dari Grup Rajawali.
LMS merupakan perusahaan patungan antaran Plus Expressways Berhad (55 persen) dan PT Baskhara Utama (45 persen), yang merupakan konsorsium SSIA, Saratoga dan Bukaka Group. Kepemilikan efektif SSIA dalam LMS sekitar 20,5 persen. Sementara itu, Grup Rajawali selaku pemegang saham META sudah menunjuk bank asing untuk menggelar tender.

PT Telekomunikasi Indonesia Tbk (TLKM/ Telkom)

Di tengah minimnya dukungan politik, Telkom bersikeras menukar saham PT Dayamitra Telekomunikasi (Mitratel) dengan saham PT Tower Bersama Infrastructure Group Tbk (TBIG), salah satunya dengan cara memperpanjang waktu untuk syarat penutupan.

Dua emiten itu, Telkom dan Tower Bersama sepakat memperpanjang tanggal pemenuhan syarat-syarat penutupan menjadi 30 September 2015 dari rencana awal 31 Desember 2014 dan kemudian mundur lagi hingga Selasa (30/6).
Apabila share-swap ini dilanjutkan maka bertentangan dengan pernyataan kuasa pemegang saham mayoritas Telkom, yakni Menteri BUMN Rini Soemarno ketika menjawab pertanyaan Komisi VI DPR pada Selasa (30/6).

PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR)

Di tengah tren pelambatan sektor konsumer dan ritel, UNVR memilih tidak menaikkan harga lagi sepanjang semester pertama 2015 dan berupaya memaksimalkan portofolio produk serta mempertahankan margin.
Direktur dan Corporate Secretary Unilever Indonesia (UNVR) Sancoyo Antarikso mengatakan tahun ini Unilever baru mengerek harga pada 1 Maret sebesar 1 persen, didorong oleh penguatan dolar AS. Menurut dia, 55 persen bahan baku UNVR sangat terkait nilai tukar rupiah karena menggunakan valas. Perseroan terus memantau situasi pasar dan belum memutuskan apakah akan kembali mengerek harga pada paruh kedua 2015.

UNVR mengaku mempertimbangkan daya beli masyarakat dan turunnya harga komoditas, yang mengompensasi naiknya dolar AS. Tahun lalu, UNVR dua kali menaikkan harga sebesar 4-5 persen pada kuartal I/2014 dan 5 persen pada kuartal III/2014.

PT XL Axiata Tbk (EXCL)

XL membuka kemungkinan untuk bekerja sama dengan PT Indosat Tbk (ISAT) guna mengakuisisi sebagian saham PT Link Net Tbk (LINK). Presiden Direktur XL Axiata Dian Siswarini mengatakan ketertarikan perseroan untuk memiliki saham di anak usaha PT First Media Tbk (KBLV) itu sebagai bagian dari rencana untuk berbisnis koneksi tetap.

First Media berencana melepaskan 33,82 persen sahamnya di perusahaan penyedia layanan fiber to the home (FTTH) ini. Rencana ini memancing ketertarikan sejumlah perusahaan seperti XL Axiata, Grup MNC, dan Indosat. Nilai Link Net dikabarkan mencapai US$500 juta. Menurut Dian, valuasi sebesar US$500 juta ini terlalu besar. Pasalnya, angka tersebut merepresentasikan 12 kali nilai EBITDA LINK.

PT Perusahaan Gas Negara  Tbk (PGAS)

PGAS menargetkan cadangan gas sebesar 500 miliar kaki kubik yang baru ditemukan di lepas pantai Kalimantan Timur bisa mulai dieksplorasi pada tahun depan.

Direktur Utama PGAS Hendi Prio Santoso mengatakan melalui anak usahanya PT Saka Energi Indonesia perseroan menemukan cadangan gas baru di wilayah kerja South Sesulu, lepas pantai Kalimantan Timur. Di blok yang 100 persen dimiliki oleh anak usahanya ini cadangan gas yang tersedia diperkirakan mencapai 500 miliar kaki kubik.

PT Bank Pundi Indonesia Tbk (BEKS)

BEKS segera dihapus pencatatan sahamnya (delisting) dari pasar modal setelah proses merger dengan PT Bank MNC Internasional Tbk (BABP) rampung pada tahun ini. Taruli Siagian, Head of Corporate Communications Bank MNC, mengatakan proses merger antara BABP dan BEKS telah memasuki tahap due diligence. Ditargetkan, proses merger akan selesai hingga akhir tahun ini sekaligus perizinan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Emiten jasa keuangan Grup MNC, PT MNC Kapital Indonesia Tbk (BCAP), berencana menjadi pemegang saham pengendali dalam Bank Pundi Indonesia. Sebelumnya, BCAP sudah menempatkan dana Rp100 miliar sebagai bagian dari komitmen rencana merger Bank MNC Internasional dan Bank Pundi Indonesia.