Penyerapan Kontrak Baru BUMN Karya Lambat

Bareksa • 19 Jun 2015

an image
Pekerja PT Adhi Karya (Persero) Tbk tengah mengerjakan proyek struktur beton proyek konstruksi gudang suku cadang / New Spare Part Centre PT Astra Honda Motor di kawasan industri Indo Taisei – Bukit Indah, Karawang, Jawa Barat (26/03). ANTARA FOTO/HO

Hingga bulan Mei 2015, rata-rata emiten konstruksi baru merealisasikan 27,6 persen dari target setahun.

Bareksa.com - Penyerapan kontrak baru emiten konstruksi pelat merah tergolong lambat sejak awal tahun ini. Hingga Mei 2015, rata-rata emiten konstruksi baru merealisasikan 27,6 persen dari target setahun.

Berdasarkan data yang dikompilasi Bareksa, total kontrak baru yang didapat oleh perusahaan konstruksi BUMN mencapai Rp27,8 triliun. Padahal, total target kontrak baru para BUMN karya tersebut tahun ini mencapai Rp100,74 triliun.

Hingga Mei, PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) telah membukukan kontrak baru Rp9,8 triliun, disusul oleh PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) sebesar Rp9,3 triliun. Selanjutnya, PT Adhi Karya Tbk (ADHI) mencatatkan kontrak baru Rp4,6 triliun dan terakhir PT Waskita Karya membukukan Rp4,1 triliun.

Dari perolehan tersebut, PTPP mencatatkan realisasi paling besar 36,3 persen dari total target. Sementara paling kecil WSKT dengan 17,52 persen saja.

Realisasi kontrak baru hingga Mei tergolong lambat karena proyek yang menggunakan anggaran pemerintah atau APBN belum banyak berjalan. Dari laporan ADHI, proyek menggunakan anggaran APBD dan APBN hanya mencapai 36 persen dari total Rp4,6 triliun yang diraih hingga Mei.

Grafik Perolehan Kontrak BUMN Karya Per Mei 2015

Sumber: Kompilasi Bareksa.com

Hal tersebut ternyata seiring dengan lambatnya belanja pemerintah. Berdasarkan laporan Kementerian Keuangan, realisasi belanja per 20 Mei 2015 mencapai Rp548,7 triliun, atau 27,7 persen dari APBN-P 2015 sebesar Rp1.984,1 triliun. Penyerapan anggaran di Kementerian Pekerjaan Umum pun hanya mencapai 9,2 persen per Mei 2015. (Analis Ragukan Janji Jokowi Genjot Infrastruktur, Kenapa?)

Melihat kinerja para emiten konstruksi, Analis Panin Sekuritas Fikri Syuhada menjelaskan bahwa buruknya realisasi kontrak baru ini disebabkan oleh lambatnya belanja infrastruktur pemerintah.

Namun, kata dia, PTPP dapat memimpin perolehan kontrak baru yang lebih baik dibanding emiten konstruksi lainnya. Pencapaian tersebut disebabkan PTPP tidak hanya mampu mendapatkan proyek-proyek pemerintah, tetapi juga proyek-proyek swasta.

Riset Panin Sekuritas juga memperkirakan perolehan kontrak baru pada semester kedua tahun ini akan lebih baik meski enam bulan pertama hanya dapat terealisasi 31 persen dari target setahun. Selain itu, Riset Panin juga memperkirakan penyerapan di Kementerian PU juga hanya mencapai 15 - 20 persen pada semester pertama.

"Oleh karena itu, seperti tahun-tahun sebelumnya belanja infrastruktur pemerintah sebagian besar akan terealisasi di semester kedua," tulis riset yang sudah dibagikan pada nasabah tersebut.

Secara year to date, tiga dari empat emiten BUMN Karya ini pun harga sahamnya bergerak negatif. Hanya WSKT yang bisa bertumbuh 7,48 persen. Sementara ADHI anjlok 41,38 persen, diikuti WIKA minus 26,90 persen dan PTPP turun 5,03 persen.

Grafik Pergerakan Saham Emiten Konstruksi YTD

Sumber: Bareksa.com