Bareksa.com - Peran seorang ibu untuk mengatur keuangan di dalam sebuah rumah tangga menentukan masa depan keluarganya. Ratih D Item, Presiden Direktur PT Sucorinvest Central Gani, juga selalu memegang teguh prinsip itu.
Sebagai ibu dari empat anak, ia tahu benar cara mengelola keuangan keluarganya sebaik mengatur perusahaan sekuritas yang memiliki 6.000 nasabah dan dana kelolaan Rp2,8 triliun (per Mei 2015) di unit manajer investasinya.
Berbekal ajaran yang ditanamkan dari ibundanya, Ratih kini selalu menyisihkan pendapatannya untuk berinvestasi, baik reksa dana atau pun properti. Ayah Ratih seorang tentara atau anggota militer, sedang ibundanya hanya seorang ibu rumah tangga.
"Dulu saat Ibu menerima gaji dari Ayah, Ibu selalu memisahkan setiap kebutuhan,” katanya. Ada yang dipisahkan untuk membayar tagihan listrik, kebutuhan makan sehari-hari, kebutuhan sekolah anak-anaknya, dan sebagian untuk tabungan. “Semua dipisahkan di dalam amplop berbeda karena dulu bank belum banyak seperti sekarang," katanya ketika ditemui Bareksa di kantornya di kawasan bisnis Sudirman.
Dengan cara tersebut, Sang Ibu dapat menyekolahkan Ratih beserta empat saudara-saudarnya hingga mendapat gelar sarjana dari berbagai disiplin ilmu, termasuk akuntansi dan psikologi. Bahkan, salah satu saudaranya ada yang melanjutkan hingga memiliki gelar master atau S2.
Tidak mau kalah dengan Ibunya, Ratih pun berharap keempat anaknya memiliki gelar master dengan cara mengelola keuangan rumah tangganya dengan baik. Sejak kecil, Ratih memang terbiasa menabung sebagai awal mula dari berinvestasi.
***
Mengawali karir di dunia perbankan pada 1982, pemegang gelar sarjana hukum dari Universitas Airlangga ini pun mulai memahami produk keuangan, meskipun hanya tabungan deposito.
Seiring berjalannya waktu Ratih juga mulai mengerti tentang investasi, termasuk properti dan reksa dana. Dia pun memulainya dari berinvestasi properti, sekaligus untuk ditinggali. Kini dia telah mendisiplinkan diri menyisihkan pendapatan pada awal bulan untuk investasi reksa dana.
Sekitar 15 tahun lalu, dia pun mulai rutin menempatkan dana investasi di beberapa jenis reksa dana, seperti reksa dana saham, campuran dan syariah. "Alhamdulillah kini tiga dari empat anak saya telah selesai menempuh pendidikan S2."
Kendati telah merasakan manisnya berinvestasi, wanita yang telah 20 tahun berpengalaman menjadi bankir ini juga pernah mengalami jatuh bangun berinvestasi reksa dana. Ratih pernah mengalami masa suram investasi reksa dana pada 2004 silam.
Kala itu, otoritas pasar modal mengeluarkan peraturan yang mengharuskan penghitungan nilai wajar berdasarkan harga pasar (mark to market). Kebijakan ini membuat nilai aktiva bersih (NAB) reksa dana turun dalam.
Padahal, sebelum peraturan keluar para manajer investasi menggunakan metode penghitungan sendiri yang tidak mencerminkan naik turunnya nilai sesuai pasar, tetapi hanya berdasarkan rata-rata. Kebijakan baru regulator membuat NAB reksa dana pendapatan tetap anjlok. "Bayangkan, obligasi PLN yang risikonya minim saja turun hingga 70 persen," kata Ratih.
Akibat penyesuaian itu, semua keuntungan reksa dana yang telah dia kumpulkan ikut hilang. Namun, wanita pemegang sertifikat international trade assessment dari Manchester University Inggris ini tidak kapok. Pasalnya, investasi akan tetap dapat menguntungkan.
Dia pun memberi contoh salah satu produk reksa dana kelolaan Sucorinvest, yaitu Flexi Fund yang merupakan produk reksa dana campuran.
Reksa dana yang sudah berumur sembilan tahun ini NAB-nya naik sangat tinggi, tetapi juga pernah turun. Namun, sejak pertama diluncurkan pada Desember 2006, reksa dana ini telah bertumbuh 290 persen atau rata-ratanya sekitar 32 persen per tahun.
Berarti sudah terbukti, jika investasi reksa dana akan tetap menguntungkan. Apalagi, reksa dana ini diterapkan untuk jangka panjang sehingga dapat menghasilkan return yang maksimal bila dibanding hanya tabungan atau deposito.
Grafik Pertumbuhan NAB Sucorinvest Flexi Fund
Sumber: Bareksa.com
Meskipun demikian, kata Ratih, maraknya investasi bodong banyak membuat masyarakat ragu untuk berinvestasi di pasar modal, khususnya reksa dana. Keraguan tersebut muncul karena mereka belum mengerti tentang perbedaan reksa dana dan skema investasi yang menggelapkan dana nasabah. (Baca Juga: Di Reksa Dana Uang Anda Tidak Bisa Dibobol Manajer Investasi; Ada Brankasnya)
Padahal, menurut Ratih, manajer investasi tidak memegang uang nasabah, tapi disimpan di bank kustodian. "Jadi, andai pun skenario terburuknya manajer investasi itu ditutup karena sesuatu, tentu uang nasabah masih tetap aman karena dititipkan di bank kustodian."
Wanita yang pernah menjabat Senior Vice President Corporate and Institutional Banking Group di Standard Chartered Bank ini tidak pernah menghitung imbal hasil investasinya. Namun, dia memastikan bahwa investasi sangat penting untuk mendukung cita-cita di masa depan. "Mau beli kapal, atau rumah baru bisa, yang penting kita tetapkan dulu tujuan investasinya.
Bagi investor pemula, Ratih pun menyarankan untuk selalu disiplin dalam menanamkan modal. Menurut dia, menyisihkan uang pada awal bulan dan konsisten menjalankannya dapat memberi imbal hasil yang maksimal.
Selain itu, investor tidak perlu panik bila pasar sedang turun karena secara umum pasar modal Indonesia sedang berkembang. Bahkan, saat pasar turun justru waktu yang baik untuk menambah portofolio investasi, bukan menjualnya.
"Saat pasar turun, investor sebaiknya melakukan average down,” ujar Ratih.”Jadi, saat pasar kembali naik return dapat kembali naik lebih tinggi." (pi)