Bareksa.com - Felda Global Ventures (FGV) yang berniat membeli 30 persen saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT), tak lain adalah raksasa produsen minyak sawit mentah (crude palm oil, CPO) asal Malaysia yang dalam laporan tahunan perseroan mengklaim dirinya sebagai yang terbesar di dunia. Dalam bisnisnya, Felda mengandalkan produksi beberapa komoditas, di antaranya kelapa sawit, karet, dan juga gula. Saat ini, Felda tercatat sebagai operator perkebunan sawit ketiga terbesar di dunia.
Jadi, jika Felda jadi membeli saham perkebunan kelapa sawit milik taipan Peter Sondakh ini, maka transaksi ini diyakini berpotensi menciptakan sinergi antara lahan milik Felda dan BWPT. Ini karena 81 persen lahan milik BWPT yang sudah ditanami juga terletak di Kalimantan Timur dan Kalimantan Tengah. (Baca juga: Wajarkah Harga Penawaran Felda Global Terhadap Saham BWPT Milik Rajawali?)
Kebun sawit Felda di Indonesia dimiliki oleh beberapa anak usaha, di antaranya PT Citra Niaga Perkasa sebesar 14,3 hektar serta PT Temila Agro Abadi dan PT Landak Bhakti Prima sebesar 21 ribu hektar. Selain kebun sawit, Felda juga memiliki 12,8 ribu hektar kebun karet. Selain itu ada juga beberapa aset pendukung produksi seperti 1 unit refinery (pemrosesan minyak sawit), 1 unit fasilitas pemrosesan karet, dan 1 unit bulking installation. Hasil sawit dan karet diolah lagi di unit operasi Felda di Amerika Utara, Eropa, Asia, dan juga Timur Tengah.
Gambar: Peta Bisnis Felda Global Ventures
Sumber: Laporan Tahunan FGV
Terkait PM Najib Razak?
Lebih menarik lagi, Felda rupanya terkait dengan petinggi negeri Malaysia, Perdana Menteri Najib Razak.
Felda merupakan bagian dari langkah komersialisasi The Federal Land Development Authority (FELDA). FELDA berdiri sejak tahun 1956 dan berfungsi melaksanakan proyek-proyek penanaman kelapa sawit dan karet di Malaysia beserta pembangunan industri hilirnya.
Sejak tahun 1994, FELDA tidak lagi memperoleh subsidi dari kerajaan. Karena itu, untuk menjaga arus kas FELDA membangun beberapa korporasi yang menjadi pilar perolehan modal dan pendapatan. Tiga yang terbesar adalah Koperasi Permodalan FELDA (Koperasi FELDA), FELDA Global Ventures (FGV), dan FELDA Investment Corporation (FIC).
Dilansir TheMalaysianInsider.com, mantan Pemimpin Redaksi New Straits Times Press Kadir Jasin mensinyalir ada korupsi di balik langkah komersialisasi tersebut. Ini karena yang dipercaya untuk duduk di kursi Chairman FGV, Tan Sri Mohd Isa Samad, dikenal memiliki hubungan sangat dekat dengan PM Najib.
Pada Juni 2012, FGV menggelar penjualan saham perdana (Initial Public Offering/IPO) senilai $3,1 miliar, terbesar kedua di Asia pada tahun tersebut.
Sayangnya sejak IPO, harga saham FGV terus melorot. Jasin menyalahkan PM Najib atas melorotnya harga saham FGV tersebut. “Sooner or later Mohd Najib as Prime Minister, Finance Minister, and and mentor of Felda must address and answer issues related to the FGV’s stock collapse, deterioration of its business, and the impact on land settlers,” kata Jasin.
Grafik: Harga Saham FGV
Sumber: Bloomberg
Sampai perdagangan kemarin, Kamis 11 Juni 2015, harga FGV ditutup di harga RM1,86 atau anjlok hampir 60 persen dibandingkan harga IPO.
Jasin juga menduga transaksi Felda dengan Rajawali Group soal BWPT ini juga terkait dengan PM Najib. Dalam blognya kadirjasin.blogspot.com, dia mengungkapkan bahwa Peter Sondakh, sang pemilik Rajawali, merupakan teman dekat Najib. (np, kd)