Kinerja Rupiah Terburuk Se-Asia, Bank Indonesia Tahan BI Rate 7,5%

Bareksa • 19 May 2015

an image
Gubernur BI Agus Martowardojo menyampaikan hasil rapat Dewan Gubernur di Jakarta, 17 Februari 2015. Bank Indonesia menurunkan suku bunga acuan atau BI Rate dari 7,75 persen menjadi 7,5 persen (ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)

BI perlu mengantisipasi langkah kebijakan moneter yang dikeluarkan Bank Sentral Amerika Juni mendatang

Bareksa.com - Sesuai ekspektasi para ekonom, Bank Indonesia (BI) akhirnya menahan BI Rate pada level 7,5 persen guna menjaga stabilisasi nilai tukar rupiah.

Lana Soelistianingsih kepada Bareksa.com mengatakan BI perlu mengantisipasi langkah kebijakan moneter Bank Sentral Amerika, The Fed, yang diperkirakan akan menaikkan tingkat bunga acuan pada Juni 2015.

Jika BI rate diturunkan maka akan semakin menekan nilai tukar rupiah. Hingga siang ini rupiah bergerak stagnan Rp13.140 per dolar Amerika. Secara year to date, rupiah melemah 5,75 persen -- menjadikan rupiah sebagai mata uang dengan kinerja terburuk di antara negara-negara lain di kawasan Asia.

Grafik Kinerja Mata Uang Kawasan Asia Secara Year to Date (YTD) dan Month to Date (MTD)-- dalam satuan persen

Sumber: IQ Plus

Ketua Umum asosiasi pengembang Real Estate Indonesia (REI) Eddy Hussy mengatakan asosiasi berharap BI bisa menurunkan suku bunga acuan. Pasalnya saat ini Indonesia memang membutuhkan dorongan lebih di bidang ekonomi.

"Ekonomi sedang lemah dan harus ada dorongan dari pemerintah," katanya.

Eddy mengatakan dengan turunnya BI Rate, perekonomian bisa semakin bergairah. Apalagi untuk sektor properti yang sangat sensitif terhadap bunga bank.

Kredit properti, menurut dia, menggunakan kredit jangka panjang. Berbeda dengan kredit kendaraan bermotor yang hanya berjangka waktu 1-3 tahun.

"Kalau properti bisa sampai 10-20 tahun," katanya.

Dengan waktu kredit yang panjang tersebut, kenaikan bunga sedikit saja akan membuat selisih harga beli menjadi lumayan besar dan semakin membebani konsumen.

***

Selain memutuskan menahan BI Rate, bank sentral juga mempertahankan suku bunga Deposit Facility 5,5 persen dan Lending Facility pada level 8 persen.

"Upaya ini kami lakukan untuk menahan level inflasi sesuai target empat persen plus minus satu persen," kata Gubernur Bank Indonesia Agus Martowardojo.

Dengan mempertahankan suku bunga acuan maka diperkirakan nilai tukar rupiah dapat lebih terjaga sehingga bisa menahan inflasi dari sisi impor. Sementara untuk mendorong ekonomi, BI sedang mengkaji ulang pelonggaran aturan kredit terkait rasio LTV untuk properti serta down payment kendaraan bermotor.