Kinerja Erajaya Jadi Juara Di Antara Sektor Ritel; Harga Saham Relatif Murah

Bareksa • 06 May 2015

an image
Pengunjung memilih pakaian yang dijual dengan diskon harga 20 - 70 persen di salah satu pusat perbelanjaan di Indramayu, Jawa Barat, Jumat (18/7) - (ANTARA FOTO/Dedhez Anggara)

Erajaya masih mempu meningkatkan laba 11,75%, sesuai dengan ekspektasi analis

Bareksa.com - Lambatnya perekonomian pada kuartal pertama tahun ini turut menyeret kinerja penjualan perusahaan-perusahaan ritel. Padahal, sebelumnya kenaikan biaya produksi telah menekan margin laba. Namun, pada situasi buruk itu ada satu perusahaan ritel yang masih bisa mencapai target penjualan, yakni PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA).

Periode Januari sampai Maret 2015, Erajaya mencatatkan penjualan Rp3,92 triliun, naik 27,64 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Kinerja itu sesuai dengan target para analis. Laba bersih Rp71 miliar yang dihasilkan perusahaan distributor elektronik dan telepon seluler ini mencerminkan kenaikan 11,75 persen, juga sesuai dengan ekspektasi konsensus analis walaupun marginnya turun.

Meningkatnya tarif listrik dan upah karyawan menekan margin laba perusahaan ritel. Belum lagi dengan kenaikan biaya sewa gedung akibat melemahnya nilai tukar. Pelemahan nilai tukar ini juga turut menaikkan biaya karena sebagian besar barang ritel masih diimpor. Padahal, hand phone sebagai produk terbanyak yang dijual perseroan diimpor dari China, India, dan Korea Selatan.

Tidak seperti Erajaya, peritel elektronik PT Electronic City Indonesia Tbk (ECII) justru membukukan penurunan laba 28,3 persen menjadi Rp18,67 miliar di saat pendapatan justru bertumbuh 5,4 persen. Namun, akibat lonjakan beban usaha 23,15 persen, ECII tidak berhasil memenuhi ekspektasi analis yang menargetkan laba Rp46 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

Kinerja penjualan PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) dan PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS) yang berada pada segmen ritel pakaian juga jauh di bawah ekspektasi. Matahari sepanjang kuartal pertama tahun ini mencatatkan penjualan Rp1,61 triliun atau hanya naik 9,43 persen. Penjualan Ramayana Rp1,12 triliun justru stagnan jika dibanding tahun sebelumnya.

Sementara Mitra Adiperkasa (MAPI) yang memiliki diversifikasi produk lebih besar, membukukan penjualan Rp2,9 triliun, lebih rendah 11 persen dari perkiraan analis.

Tabel: Kinerja Emiten Retail Kuartal I vs Konsensus

Sebulan terakhir, indeks saham sektor perdagangan menurun sebesar 4,45 persen. Buruknya kinerja peritel mempengaruhi penurunan harga dan valuasi saham. Bareksa mencoba menghitung seberapa murah atau mahalnya saham-saham ini dengan membandingkan harga dengan laba per saham perusahaan (price to earning ratio/PE). Basisnya dihitung berdasarkan harga penutupan Selasa 5 Mei 2015, dan laba per saham kuartal I 2015. 

Grafik: Rasio PE Perusahaan Retail

Sumber: Bareksa.com

ecara valuasi, saham ERAA relatif lebih murah dibandingkan dengan peritel lainnya dengan PER 8,43 kali. ECII diperdagangkan pada PER 10 kali.

Saham RALS dan MAPI menjadi saham termahal dibandingkan dengan peritel lainnya dengan PER 223 kali dan 191 kali. (np)

 

 

 

 

 

Tags:
retail