Bareksa.com – Pihak otoritas bursa belum akan membuka penghentian (suspen) perdagangan saham PT Inovisi Infracom Tbk karena laporan keuangan INVS yang dilaporkan harus kembali direvisi untuk kedua kalinya. Bursa Efek Indonesia (BEI) menemukan indikasi salah saji dalam laporan keuangan INVS periode September 2014.
Dalam keterbukaan informasi INVS bertanggal 25 Februari 2015, ada delapan item dalam laporan keuangan INVS yang harus diperbaiki. BEI meminta INVS untuk merevisi nilai aset tetap, laba bersih per saham, laporan segmen usaha, kategori instrumen keuangan, dan jumlah kewajiban dalam informasi segmen usaha.
Selain itu, BEI juga menyatakan manajemen INVS salah saji item pembayaran kas kepada karyawan dan penerimaan (pembayaran) bersih utang pihak berelasi dalam laporan arus kas. Pada periode semester pertama 2014 pembayaran gaji pada karyawan Rp1,9 triliun. Namun, pada kuartal ketiga 2014 angka pembayaran gaji pada karyawan turun menjadi Rp59 miliar.
Sebelumnya, manajemen INVS telah merevisi laporan keuangannya untuk periode Januari hingga September 2014. Dalam revisinya tersebut, beberapa nilai pada laporan keuangan mengalami perubahan nilai, salah satu contohnya adalah penurunan nilai aset tetap menjadi Rp1,16 triliun setelah revisi dari sebelumnya diakui sebesar Rp1,45 triliun.
Inovisi juga mengakui laba bersih per saham berdasarkan laba periode berjalan. Praktik ini menjadikan laba bersih per saham INVS tampak lebih besar. Padahal, seharusnya perseroan menggunakan laba periode berjalan yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk.
Sebelumnya, Direktur Utama INVS Jerry Djajasaputra mengungkapkan kesalahan terjadi akibat pergantian peranti lunak dan migrasi data. Jerry menjelaskan pihaknya terpaksa mengganti sistem dan migrasi data karena sistem yg lama database-nya sudah tidak menunjang. Menurutnya, persoalan ini bukanlah permasalahan besar dan otoritas bursa juga memaklumi kesalahan yang terjadi. (Baca juga: Ditegur BEI, Manajemen Inovisi Akan Revisi Laporan Keuangan Kuartal III-2014)
Inovisi adalah perusahaan yang membangun infrastruktur untuk industri telekomunikasi yang menyediakan jasa bernama MVNO system. Jasa ini digunakan untuk mendongkrak VAS (value added services) dan ARPU (average revenue per user) operator seluler dengan dengan cara menjual kembali jaringan seluler yang belum mencapai kapasitas penuh. (hm)