Harga Beras Naik Hingga 30%, Emiten Penjual Beras AISA Kecipratan Untung?

Bareksa • 25 Feb 2015

an image
Sejumlah buruh mengangkut beras di Gudang Bulog Sub Divre Malang-Pasuruan, di Gadang, Malang, Jawa Timur, Senin (14/7) - (ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto)

Harga beras di sentra pangan naik hingga 30 persen selama sebulan terakhir

Bareksa.com - Produsen bahan pangan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) mengatakan kenaikan harga beras di pasar akhir-akhir ini tidak terlalu berpengaruh terhadap kinerja perseroan. Alasannya, cadangan beras perseroan selalu habis dalam satu musim.

Direktur AISA, Sjambiri Lioe, mengatakan cadangan beras perseroan hanya cukup untuk satu musim yaitu sekitar enam bulan dan akan segera habis saat musim selesai. Oleh sebab itu, kenaikan harga mendadak tidak akan terlalu berpengaruh.

"Kami punya inventory satu musim saja, tidak pernah lewat satu musim. Tidak mungkin kami bisa menyimpan beras terlalu lama hingga satu tahun," ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com pada 24 Februari 2015.

Menurutnya, kenaikan harga yang terjadi di pasar tradisional saat ini hanya berpengaruh terhadap beras yang disimpan lebih lama dari musim sebelumnya. Di Indonesia, lembaga yang mengoperasikan gudang jangka panjang adalah perusahaan umum milik negara Badan Urusan Logistik (BULOG).

Selain itu, Sjambiri mengatakan, target pasar AISA adalah konsumen dari kalangan ekonomi menengah ke atas yang tidak terlalu sensitif terhadap harga meski harga bahan pokok ini naik. Dia juga mengatakan sebagian besar produk Tiga Pilar dijual di pasar modern.

"Target market kami medium ke atas. Kami tidak berharap dari yang di bawah, karena segmen market kita berbeda dari yang ditargetkan BULOG," tambahnya.

Seperti diberitakan, harga beras untuk berbagai jenis di sejumlah sentra pangan mengalami kenaikan sebesar 15 persen hingga 30 persen selama sebulan terakhir. Menipisnya pasokan akibat terlambat panen diperkirakan menjadi penyebab utama kenaikan harga beras.

Grafik Kontribusi Pendapatan AISA

Sumber: Laporan Keuangan Perseroan September 2014

Berdasarkan laporan keuangan sembilan bulan pada 2014, perusahaan mendapat sekitar 61 persen penjualan dari produk beras. Kontributor pendapatan yang kedua adalah makanan olahan sebesar 34,5 persen. Sedangkan sisanya berasal dari perkebunan serta pendapatan lainnya.

Perusahaan yang juga memproduksi makanan ringan dengan merek Taro ini memperkirakan pendapatan tahun 2014 naik 25 persen dari perolehan tahun sebelumnya menjadi Rp5 triliun, meskipun laporan keuangan belum selesai diaudit.

Pada tahun 2015, perseroan memperkirakan penjualan akan mencapai Rp7,2 triliun, atau naik 44 persen sepanjang tahun seiring dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Target tersebut terbilang wajar karena secara historis pertumbuhan pendapatan tahunan majemuk (compound annual growth rate/CAGR) mencapi 50 persen.

Grafik Pertumbuhan Penjualan dan Laba AISA

Sumber: Bareksa.com

Sjambiri mengatakan, pada tahun ini perseroan akan terus mengembangkan usaha yang sudah ada dengan menganggarkan belanja modal senilai Rp1 triliun. Dana tersebut akan didapat dari kas internal dan pinjaman bank.

Di saat yang sama, Tiga Pilar juga membuka kesempatan untuk mengembangkan bisnis ke bidang minuman kemasan dengan cara mengakuisisi. Namun, perseroan belum dapat memberikan rincian lebih lanjut mengenai rencana diversifikasi tersebut.

"Saat ini kami fokus dulu ke bisnis yang sudah ada. Kalau ada kesempatan, kami terbuka untuk kemungkinan akuisisi tapi lebih mengutamakan bisnis yang ada sekarang," tutupnya.(al)