Bareksa.com – Perusahaan pertambangan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) terpaksa merevisi rencana pengerjaan tiga proyek smelter-nya akibat pemotongan anggaran dana Penyertaan Modal Negara (PMN). ANTM hanya akan mendapatkan Rp3,5 triliun atau separuh dari rencana anggaran PMN sebelumnya.
Corporate Secretary ANTM Tri Hartono mengakui dana yang dimiliki perseroan terbatas sehingga harus memilih satu dari tiga proyek utama perseroan untuk didahulukan.
“Tiga proyek itu sebenarnya memang prioritas kita, tetapi tidak mungkin dikerjakan semuanya karena dananya tidak cukup. Tiga proyek tersebut tetap dijalankan tetapi waktunya tidak bisa beriringan. Tergantung prioritasnya, ada yang didahulukan dan ada yang tidak,” katanya ketika dihubungi Bareksa.com pada Rabu, 11 Februari 2015.
Dia mengungkapkan pihaknya akan mendahulukan pengerjaan proyek pabrik pengolahan bijih nikel menjadi feronikel di Halmahera Timur yang bernilai US$1,6 miliar setara Rp20 triliun. Proyek tersebut diprioritaskan dibandingkan dua proyek lainnya karena kemajuannya lebih baik dan pembangunannya sudah mulai berjalan.
"Kita sudah membuat konstruksi fisiknya untuk fasilitas pabrik dan sebagainya,” jelasnya
Seperti yang diberitakan, ANTM membutuhkan dana sebesar $3,3 miliar atau sekitar Rp41,75 triliun untuk membangun tiga proyek besar secara bertahap hingga 2018 mendatang. (Baca juga: PMN Dipotong Separuh, Saham ANTM Merosot; Mega Proyek Smelter Butuh Dana Rp42 T)
Analis Investa Saran Mandiri Kiswoyo Adi Joe juga menyesalkan pemotongan dana PMN untuk ANTM. Menurutnya, ANTM sangat perlu penyertaan modal tersebut untuk mendukung operasional produksinya yang beragam.
“ANTM harus membangun smelter karena hasil produksinya masih perlu diproses lagi. Kalau tidak mendapatkan PMN, ANTM akan kesulitan mencari pendanaan karena saat ini memang masih kesulitan likuiditas," ujarnya ketika dihubungi Bareksa.com.
Berdasarkan data Bareksa, rasio likuiditas ANTM memang mengalami penurunan sejak 2012. Rasio lancar (current ratio) turun menjadi 0,88 kali per September 2014 dibanding 10,64 kali pada akhir tahun 2011.
Perbandingan Rasio Likuiditas dan Debt-Equity Ratio ANTM
Sumber: Bareksa
Semakin kecil nilai rasio lancar, semakin kecil ruang gerak ANTM untuk memenuhi kebutuhannya. ANTM harus segera melakukan pembayaran utang jangka pendek melalui penerbitan saham baru ataupun refinancing (berhutang kembali).
“Ujung-ujungnya, ANTM akan menambah utang dan obligasi untuk mengatasi itu (kesulitan likuiditas). Namun, bila menerbitkan utang lagi, akan menambah masalah ke likuiditas lagi,” ungkap Kiswoyo.
Ketika ditanyai mengenai hal ini, Tri mengungkapkan rencana pendanaan masih dalam pembahasan direksi Antam.
“Kita masih mencari alternatif-alternatif pendanaan. Masih ada porsi pinjaman. Rencana penerbitan global bond juga merupakan salah satu opsinya. Saat ini kita lagi review mengenai porsi ekuitas dan utang untuk pengerjaan proyek,” tutup Tri.