Bareksa.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjelaskan kehadirannya di acara penandatanganan kerja sama Proton Holdings Bhd (Malaysia) dan PT Adiperkasa Citra Lestari hanya sebatas undangan saja. Padahal, kehadiran Presiden di acara tersebut sempat mendorong isu produksi mobil nasional oleh perusahaan Malaysia.
Berdasarkan keterangan dari situs Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, Presiden Jokowi mengemukakan bahwa acara penandatanganan nota kesepahaman (MoU) itu adalah perjanjian antar perusahaan (business to business). Menurutnya, kerja sama tersebut masih sangat awal dan studi kelayakannya juga belum ada.
“Jadi kemarin karena diundang Doktor Mahatir dan Pak PM Najib, ya saya datang jadi masih awal-awal sekali,” kata Jokowi dalam keterangan pers yang dimuat di situs Sekretaris Kabinet, Senin 9 Februari 2015.
Seperti diberitakan, Jokowi mengunjungi pabrik pembuatan mobil Proton di Kuala Lumpur, Malaysia pada Jumat 6 Februari 2015. Dalam acara penandatanganan itu, hadir juga Perdana Menteri (PM) Malaysia Mahathir Mohammad dan PM Najib (Dato Sri Mohammad Najib Tun Abdul Razak).
Presiden menolak menjawab pertanyaan mengenai spesifik mobil Proton dimaksud karena itu menyangkut perjanjian antar dua perusahaan.
"Ditanya ke sana, saya sampaikan itu bisnis to bisnis, jadi ditanyakan ke sana,” tukasnya.
Demikian pula saat ditanya kesiapan untuk menjadikan Proton sebagai mobil nasional, Presiden Jokowi menegaskan belum ada rencana sama sekali.
"Saya harus melihat studi kelayakan seperti apa kemudian targetnya yang musti dicapai itu seperti apa,” tukas Jokowi.
Setelah kehadiran Jokowi di dalam penandatanganan kerja sama produsen otomotif Malaysia dan perusahaan milik pensiunan jendral bintang empat tersebut, sempat beredar kabar bahwa pemerintah ingin membuat mobil nasional yang sebagian diproduksi oleh Proton. (Baca Juga: 10 Thn Penjualan Mobil Tumbuh Lebih 2 X Lipat, Mampukah Mobil Nasional Bersaing?)
Pihak PT Adiperkasa Citra Lestari melalui pemiliknya Hendropriyono sebagaimana dikutip kompas.com mengatakan, bahwa penandatangan MoU antara perusahaan yang dipimpinnya dengan Proton Holding Bhd (Malaysia) itu merupakan usaha padat karya, yang insya Allah bisa menampung sampai dengan 6.000 tenaga kerja.
“Saya menggandeng Proton untuk kerja sama dalam R&D (riset dan pengembangan) dan teknik. Atas dasar itu, akan lebih efisien bagi kita dalam membangun infrastruktur beserta gelar after sale dan networking-nya. Kerja sama ini sifatnya B to B (business to business). Kami swasta, Proton juga kini swasta,” tegas Hendro.(al)