Bareksa.com - Penanaman Modal Negara (PMN) yang belakangan hangat dibicarakan, mempengaruhi pergerakan harga saham emiten BUMN. Semula, sejumlah BUMN akan mendapatkan jatah dana ini dari pemerintah. Namun, mulai Rabu kemarin, 4 Februari 2015, ramai diberitakan bahwa DPR menolak usulan pemerintah itu.
Berita tersebut sontak membuat pergerakan saham sejumlah BUMN anjlok, terutama saham-saham konstruksi pelat merah seperti PT Adhi Karya Tbk (ADHI) dan PT Waskita Karya Tbk (WSKT) yang rencananya akan mendapat kucuran dana cukup besar.
Seberapa penting sebetulnya PMN bagi BUMN-BUMN konstruksi itu?
Untuk memulai sebuah proyek, perusahaan konstruksi membutuhkan tambahan modal untuk membeli bahan baku. Tambahan modal bisa diperoleh melalui rights issue ataupun fasilitas pinjaman dari bank. Karena sebagian besar saham BUMN konstruksi dimiliki pemerintah, maka untuk mengantisipasi rights issue itu pemerintah harus mengucurkan sejumlah dana agar prosentase kepemilikannya tidak tergerus.
Sementara itu, untuk menarik pinjaman, kekuatan neraca perusahaan selalu perlu ditimbang terlebih dahulu -- baik boleh manajemen perusahaan maupun kreditur. Menurut data Bareksa, tiga dari empat emiten konstruksi BUMN memiliki rasio utang terhadap modal (DER) yang sudah lebih dari tiga kali. Artinya, total utang sudah tiga kali lipat lebih besar dari ekuitas perusahaan. Kondisi ini membuat perusahaan berada di posisi riskan jika berniat menambah utang.
Tabel: DER BUMN Konstruksi
Sumber: Bareksa.com
DER ADHI tercatat paling tinggi di antara emiten konstruksi BUMN, sudah di atas lima kali. Jadi, jika tak disuntik dana PMN, ADHI bakal megap-megap beroperasi karena minimnya modal mereka. Hal serupa juga membelit PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) dan PT Waskita Karya (WSKT) yang memiliki DER di atas 3 kali.
Situasi jadi lebih menjepit karena pertumbuhan kontrak emiten-emiten konstruksi selalu signifikan setiap tahun. Dalam empat tahun terakhir, total kontrak yang diraih PTPP dan WSKT meningkat 20 persen lebih.
Grafik: Pertumbuhan Kontrak 4 BUMN Konstruksi, 2011-2014
Sumber: Bareksa.com
Tak bisa lain, tingginya pertumbuhan nilai kontrak ini menunjukkan meningkatnya kebutuhan modal perusahaan konstruksi dari tahun ke tahun. Karena itulah, gabungan dua faktor itu -- rasio utang yang sudah sedemikian tinggi dan kebutuhan dana yang besar -- membuat suntikan modal pemerintah jadi teramat dibutuhkan BUMN konstruksi, supaya crane dan excavator mereka tidak mogok beroperasi. (kd)