Harga Anjlok Sejak Kebijakan LTV, Valuasi ASRI Semakin Murah

Bareksa • 06 Feb 2015

an image
A visitor looks at a model of a new apartment complex at a showroom of Evergrande Real Estate Group in Wuhan, Hubei province - (REUTERS/Stringer)

PER ASRI 14,36 kali di bawah rata-rata PER sektor properti yang 19,32 kali.

Bareksa.com - Penerapan kebijakan LTV (Loan to Value) oleh Bank Indonesia pada akhir 2013 merontokkan sebagian besar saham sektor properti. Aturan LTV membatasi nilai kredit yang bisa diberikan bank, terutama bagi rumah di atas tipe 70.

PT Alam Sutera Tbk (ASRI) pada saat itu menjadi salah satu pengembang yang mengalami penurunan harga paling dalam. Sepanjang 2013, harga ASRI anjlok hampir 30 persen. Padahal, sampai bulan Mei 2013 sebelum aturan LTV di berlakukan, harga saham ASRI sempat melonjak 70 persen.

Selain kebijakan LTV, penerapan aturan baru bagi developer terkait penyaluran dana perbankan untuk kredit pemilikan rumah (KPR) per Oktober 2013. Sebelumnya ketika pembeli rumah telah menerima KPR dari bank, maka bank bisa membayarkan uang kas senilai kredit walaupun rumahnya belum dibangun. Tetapi dengan aturan baru, 50 persen dari nilai kredit akan dibayarkan ketika fondasi bangunan telah selesai. Lalu 30 persen dibayarkan setelah rumah selesai dibangun. 10 persen dibayarkan setelah terjadi serah terima kepada pembeli rumah dan sisanya diberikan setelah seluruh dokumen kepemilikan rumah menjadi atas nama pembeli rumah.

Hal ini menyebabkan likuiditas perusahaan properti menjadi terhambat. ASRI yang paling terpukul, pasalnya diantara developer properti yang lain ASRI termasuk yang paling agresif melakukan pembangunan.

Tidak hanya sampai di situ, tren pelemahan ASRI masih terus berlanjut sampai akhir 2014 akibat ASRI terus melakukan penerbitan utang dalam mata uang dolar Amerika guna menutupi biaya modal. Saat pengembang lain sudah mampu memberikan return positif, harga ASRI masih lebih rendah 8,2 persen dibandingkan di awal tahun 2013.

Grafik: Pergerakan Harga Saham Properti

Sumber: Bareksa.com

Melorotnya kinerja menjadi salah satu penyebab utama anjloknya harga saham ASRI. Menurut data Bareksa, di antara lima perusahaan properti terbesar, ASRI menjadi satu-satunya perusahaan yang mengalami penurunan nilai laba bersih.

Grafik: Pertumbuhan Laba Perusahaan Properti

Sumber: Bareksa.com

Namun demikian, penurunan harga saham ini membuat valuasi ASRI jadi lebih murah dibandingkan pengembang lainnya. Turunnya harga saham tentunya diikuti juga dengan merosotnya price to earning ratio (PER) ASRI sehingga membuat harga sahamnya menjadi lebih menarik.  

Tabel: Rasio PE Perusahaan Properti

sumber:bareksa.com

Berdasarkan data yang diperoleh Bareksa, P/E rata-rata sektor properti saat ini adalah sebesar 19,32 kali, sementara P/E ASRI tercatat hanya 14,36 kali atau 4,96 persen di bawah rata-rata.

Saat ini ASRI diperdagangkan pada harga Rp600-an per saham. Secara year to date, level harga tersebut masih lebih rendah 0,8 persen dari harga di awal tahun 2015. Namun, ada peluang menarik yang perlu dicermati. Membaiknya likuiditas perbankan bakal membuat bank menggenjot penyaluran kredit ke sektor properti sehingga akan menjadi katalis positif bagi pertumbuhan sektor properti, termasuk juga ASRI. (kd,np)