Terbelit Utang, Emiten Batubara Milik Samin Tan Mentok di Rp50

Bareksa • 30 Jan 2015

an image
Batu bara - (Antara/Asep Fathulrahman)

Perdagangan saham BORN dihentikan sementara pada sesi pertama hari ini

Bareksa.com - Kinerja saham perusahaan tambang batu bara kokas PT Borneo Lumbung Energi & Metal Tbk (BORN) semakin terpuruk semenjak perseroan mengajukan proses restrukturisasi utang kepada Standard Chartered Bank.

Pada hari ini, Jumat 30 Januari 2015, saham BORN tetap mentok di harga Rp50, level paling rendah di pasar reguler Bursa Efek Indonesia. Sebelumnya, saham ini pun terkena penghentian sementara (suspended) di sesi pertama hari ini akibat belum membayar denda untuk keterlambatan pelaporan keuangan interim per September 2014. BORN menyampaikan laporan interim September 2014 pada Desember 2014.

Perusahaan batu bara kokas ini mengalami penurunan performa sejak turunnya harga komoditas. Pada sembilan bulan yang berakhir September 2014, BORN melaporkan penurunan penjualan 54 persen menjadi $121,6 juta dibandingkan kinerja sama periode sama 2013. Bahkan, rugi bersih periode berjalan pun melonjak 48,9 persen jadi $233,94 juta.

Merosotnya pendapatan disebabkan kondisi industri batubara yang kurang kondusif padahal produksi perseroan adalah batu bara kokas. Kokas adalah bahan baku proses pembuatan baja di dalam blast furnace dan dihasilkan dari pemanasan batubara jenis coking coal. Penjualan batubara dilakukan oleh anak usaha yakni PT Asmin Koalindo Tuhup (AKT).

Grafik Pergerakan Harga Saham BORN

Sumber: Bareksa.com

Seperti diberitakan, BORN memiliki utang mahal senilai $1 miliar kepada Standard Chartered Bank (SCB) pada tahun 2011 yang digunakan untuk membeli saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) bersama Grup Bakrie. Namun, kongsi dengan Grup Bakrie berakhir pahit dan saat ini perseroan tengah dalam restrukturisasi untuk menyelesaikan utang tersebut. Per 30 September 2014, utang kepada SCB masih senilai $729,4 juta.

Akibat masalah utang tersebut, bursa juga sempat menghentikan perdagangan saham BORN sejak 30 Juni 2014 dan membukanya kembali pada 29 September 2014. Sejak saat itu, harga saham terus turun hingga mentok di Rp50. (Baca Juga: Kesulitan Likuiditas, BORN Jual Aset & Restrukturisasi Utang)