Bareksa.com – Setelah lama bertahan di harga Rp50 per saham, saham perusahaan kertas PT Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk (KBRI) dalam lima hari terakhir secara bertahap mulai mengalami kenaikan. Harga saham KBRI telah naik 24 persen menjadi Rp 62 per saham. Padahal, saham KBRI bertengger di harga Rp50 per saham sejak tahun 2013 lalu.
Mulai aktifnya pergerakan saham KBRI ini menarik diperhatikan karena beredar kabar di kalangan pelaku pasar bahwa ada pemain besar yang ingin menarik dananya yang tersangkut di saham ini. (Baca Juga: Antrean Beli 2 Kali Antrean Jual Lesatkan Saham KBRI Hingga 24,6%)
Terlebih lagi, perusahaan menargetkan pendapatan dari penjualan kertas akan meningkat menjadi Rp800 miliar pada 2015 dari target tahun lalu yang hanya Rp11,87 miliar. Kabar ini menjadi katalis positif atas kenaikan harga sahamnya. Imbasnya, harga saham KBRI pada perdagangan hari ini (27/1) sempat menguat 14,13 persen ke Rp71 per saham. (Baca Juga: Operasikan Mesin Baru, Kertas Basuki Rachmat Target Penjualan Rp800 Miliar)
Hal menarik lainnya, pada 11 Desember 2014 telah terjadi transaksi jual-beli crossing (tertutup) senilai Rp23,6 miliar atas 429,7 juta lembar saham atau setara 4,9 persen total saham beredar di pasar negosiasi. (Baca Juga: Dirangsang Aksi Beli Investor Dari Broker Ini, Saham KBRI Melesat 17%)
Grafik Pergerakan Saham PT Kertas Basuki Rachmat Tbk (KBRI)
Sumber: Bareksa.com
Transaksi tersebut menggunakan jasa perusahaan efek Danatama Makmur (II) dan Inti Fikasa Securindo (BF) sebagai pihak pembeli. Sementara, pihak penjual menggunakan perusahaan efek Millenium Danatama Sekuritas (SM) dan Inti Fikasa Securindo (BF).
Dalam keterbukaan informasi kepada BEI saat itu, Corporate Secretary KBRI Priza Yuratma mengungkapkan tidak mengetahui siapa yang melakukan transaksi jual-beli saham tersebut.
Selain itu, terdapat pula transaksi yang menyebabkan kepemilikan Suisse Charter Investment Ltd dan Wyoming International Ltd mengalami peningkatan pada 19 Desember 2014. Berdasarkan informasi BEI, kepemilikan Suisse naik menjadi 34 persen dari sebelumnya 24 persen sedangkan kepemilikan Wyoming menjadi 25,12 persen dari sebelumnya 20,4 persen. (hm)