Revisi Asumsi Makro Untungkan Konstruksi & Bank, Namun Menekan Produsen Rokok

Bareksa • 21 Jan 2015

an image
Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro mengikuti rapat kabinet terbatas bidang perekonomian di Kantor Kepresidenan (ANTARA FOTO/Widodo S. Jusuf)

Analis menilai RAPBN-P 2015 sejalan dengan pembanguan infrastruktur

Bareksa.com - Dalam RAPBN-P 2015 pemerintah merevisi beberapa asumsi makro. Beberapa perubahan asumsi yang dilakukan pemerintah dipanding lebih konservatif oleh para analis. Pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN-P 2015 di targetkan 5,8 persen, sementara inflasi diproyeksi meningkat menjadi 5,0 persen dari asumsi APBN 2015 sebesar 4,4 persen.

Selain itu, pemerintah menurunkan target pendapatan sebesar RP1.769 triliun lebih rendah dari APBN 2015 sebesar Rp1.794 triliun. Namun pendapatan pajak ditargetkan naik menjadi Rp1.485 triliun termasuk di dalamnya peningkatan 12,9 persen penerimaan dari cukai tembakau.

CIMB research dalam laporan yang telah dipublikasikan kepada nasabah mengatakan RAPBN-P 2015 sejalan dengan rencana pemerintah yang berfokus pada pembangunan infrastruktur. Hal tersebut terbukti dari peningkatan anggaran infrastruktur menjadi Rp290 triliun dari APBN 2015 sebesar Rp190 triliun.

Hal ini diperkirakan akan memberi dampak positif bagi sektor terkait seperti konstruksi, perbankan, semen, dan properti. CIMB dalam laporannya mencatat peningkatan target penerimaan cukai akan menekan produsen rokok.

Berbeda dengan CIMB, riset Mandiri Sekuritas hari ini justru melihat dampak yang minimal pada industri rokok karena sebagian besar produsen telah membayarkan pita cukai pada kuartal ke empat tahun 2014. Baik CIMB maupun Mandiri mengutarakan hal senada pada perubahan RAPBN-P 2015 yaitu tantangan target penerimaan pajak yang cukup tinggi.

Kontribusi penerimaan pajak dalam RAPBN-P 2015 menjadi 84 persen dari sebelumnya 77 persen. Menurut catatan Mandiri, target penerimaan pajak tahun ini lebih tinggi 30 persen daripada realisasi tahun 2014 sebesar Rp1.143 triliun. Padahal, sepanjang 2007 sampai 2013, rata-rata pertumbuhan penerimaan pajak hanya 15 persen.

Walaupun demikian, Mandiri menggaris bawahi harga rata-rata minyak dunia yang diperkirakan berada di bawah $70 per barel atau di bawah asumsi harga minyak mentah indonesia. Sehingga selisih tersebut berpotensi akan menambah penerimaan negara di luar pajak.(al)