Bareksa.com – Imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Indonesia diperkirakan dapat turun, seiring dengan sentimen yang positif dari proyeksi perekonomian yang membaik serta inflasi yang diperkirakan lebih rendah.
Ariawan, analis obligasi Succorinvest Central Gani memproyeksikan yield obligasi pemerintah (SUN) bertenor 10 tahun dapat mencapai level 7,5 persen di akhir tahun 2015.
“Potensi ke depannya akan lebih baik ya. Pertumbuhan ekonomi yang membaik, defisit neraca transaksi yang menurun, serta inflasi yang stabil akan menjadi katalis positif bagi pasar surat utang,” ungkap Ariawan kepada Bareksa.com 5 Januari 2015.
Meski demikian, Ariawan menilai pasar obligasi akan mengalami tekanan sementara akibat masih melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan kebijakan penerbitan surat utang lebih cepat (front loading) pada obligasi pemerintah.
“Front loading obligasi yang akan dilakukan pemerintah sepanjang semester I akan menekan harga obligasi. Hal itu karena kebijakan tersebut menyebabkan suplai obligasi pemerintah berlebih di pasar,” katanya.
Berdasarkan sejarahnya, pemerintah telah tiga kali menerapkan kebijakan front loading, yaitu di tahun 2011, 2012, dan 2014. Dimana pemerintah menerbitkan obligasi sebanyak 55-60 persen dari target pendanaannya. Sementara, sisanya sebanyak 40-45 persen di semester II.
Pada penutupan perdagangan hari ini, seluruh obligasi benchmark mengalami pelemahan yang tercermin dari kenaikan yield. Obligasi bertenor 10 tahun (seri FR0070) memimpin kenaikan yield dengan kenaikan sebesar 22,45 basis poin menjadi 7,95 persen dari sebelumnya 7,75 persen. (hm)