Bareksa.com – Pelemahan rupiah yang tengah terjadi membuat penyedia jasa telepon selular dengan jumlah pelanggan terbesar kedua PT Indosat Tbk (ISAT) menyiapkan strategi untuk mengurangi beban keuangan akibat obligasinya yang dalam mata uang dolar. Strategi tersebut penting karena kinerja keuangan tahun ini diprediksi kelam akibat kasus litigasi pada anak usahanya.
Head Investor Communication Indosat, Andromeda menjelaskan kepada Bareksa.com bahwa perseroan berniat mempercepat pembayaran obligasi dolar (guaranteed notes) senilai $650 juta, meski sebenarnya surat utang dolar tersebut jatuh temponya masih tahun 2020. Dengan kupon sebesar 7,375 persen atau $47,93 juta per tahunnya, obligasi ini dinilai akan memberatkan kinerja Indosat.
"Kami ada rencana mau call di tahun 2015 untuk sebagian atau seluruh obligasi senilai total $650 juta tersebut," katanya ketika dihubungi Bareksa.com pada Senin, 15 Desember 2014.
Dia pun mengatakan bahwa perusahaan yang dulu dimiliki pemerintah itu berniat mengurangi porsi utang dolarnya menjadi hanya 20 persen hingga 30 persen saja. Sejak tiga tahun lalu hingga sekarang, ujarnya, sekitar setengah utang Indosat masih berdenominasi dolar.
Sebelumnya, Indosat juga telah menerbitkan obligasi sebesar Rp2,5 triliun dalam mata uang rupiah untuk mengurangi exposure utang dolar terhadap kinerja keuangan perseroan (baca: Proses Penjualan Obligasi Rp2,5 triliun Indosat Lanjut Di tengah Ancaman Eksekusi Jaksa).
Pelemahan Rupiah merupakan kondisi yang merugikan bagi Indosat. Pasalnya, Indosat merupakan salah satu perusahaan yang mempunyai utang dalam dolar AS dan pendapatan dalam rupiah. Oleh karena itu, Indosat berpotensi mencatatkan kerugian akibat selisih kurs ketika rupiah mengalami pelemahan.
Pada pukul 4 sore hari ini 15 Desember 2014, rupiah diperdagangkan di level Rp12.599 terhadap dolar, menyentuh level penutupan terendahnya sejak 2008. Hari ini rupiah melemah 167 poin atau 1,34 persen terhadap dolar AS dibandingkan level penutupan sebelumnya pada Rp12.432 per dolar AS.
Perbandingan Laba/(Rugi) Kurs PT Indosat Tbk dengan Pelemahan Rupiah
Sumber: Bareksa.com
Dari grafik di atas, terlihat bahwa saat rupiah melemah, kinerja Indosat terkena dampak negatif. Pada tahun 2012 dan 2013, saat rupiah melemah, Indosat juga membukukan kerugian. Pada laporan keuangan 9 bulan tahun ini pun operator selular tersebut membukukan rugi Rp830 juta.
Sementara itu, pertumbuhan pendapatan tahun ini juga diperkirakan hanya di bawah 5 persen bila dibandingkan dengan perolehan tahun lalu. Dengan demikian, potensi Indosat untuk kembali membukukan rugi bersih pada tahun ini semakin besar.
"Pengaruh terbesar pelemahan rupiah ke forex (foreign exchange) loss. Ditambah provisi untuk kasus litigasi, jadi tahun ini masih berpotensi rugi," katanya.
Selain itu, dibandingkan dengan perusahaan lainnya, Indosat merupakan perusahaan yang paling riskan terhadap kondisi pelemahan rupiah. (baca: Menguatnya Dolar Buat Beban Utang Luar Negeri Bengkak, Indosat Paling Riskan).
Interest coverage ratio Indosat hampir selalu mengalami penurunan seiring pelemahan Rupiah jika dilihat kinerjanya dalam enam tahun terakhir. Bahkan, nilainya merosot tajam menjadi 0,68x pada tahun 2013 ketika dolar AS diperdagangkan di level Rp12.210.
Perbandingan Interest Coverage Ratio PT Indosat Tbk dengan Pelemahan Rupiah
Sumber: Bareksa.com
Kinerja keuangan Indosat mengalami perbaikan sepanjang periode 6 bulan pertama tahun ini. Saat itu, nilai interest coverage ratio Indosat tercatat sebesar 1,1 kali. Namun, pada periode laporan triwulan berikutnya, rasio ini menyusut menjadi hanya 0,27 kali.
Penyusutan signifikan dalam satu triwulan tersebut terjadi karena Indosat harus mencadangkan uang provisi senilai Rp1,3 triliun untuk menghadapi kasus litigasi terkait anak usahanya, yaitu penyelenggara layanan internet Indosat Mega Media (IM2). Hal ini mempengaruhi pos laba operasional perseroan di laporan keuangan per September 2014. (hm)