KALEIDOSKOP 2014: IHSG Berhasil Kalahkan Mayoritas Bursa Global

Bareksa • 12 Dec 2014

an image
Pekerja melintasi layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia, Jakarta ( ANTARA FOTO/Rendhik Andika).

Pertumbuhan IHSG tetap tinggi walaupun sentimen negatif pemilihan umum mendominasi perekonomian Indonesia sepanjang 2014

Bareksa.com - Tahun 2014 merupakan tahun yang krusial baik bagi ekonomi ataupun Indonesia secara keseluruhan. Tahun ini Indonesia kembali sukses menyelenggarakan pesta demokrasi yang memenangkan Joko Widodo sebagai Presiden Republik Indonesia.

Tahun 2014 juga menjadi cobaan bagi ekonomi Indonesia. Rupiah sempat hampir menembus nilai terendahnya semenjak enam tahun belakangan. Bareksa.com mencoba menyajikan beberapa parameter perekonomian Indonesia yang diambil dari data analisis pasar Bareksa.

Walaupun ada tekanan dari hiruk pikuk politik dan juga parlemen, IHSG masih mampu membukukan pertumbuhan sebesar 20.85 persen secara Year To Date (YTD). Pertumbuhan IHSG bahkan lebih baik daripada beberapa bursa global seperti yang tampak pada grafik berikut.

Grafik Perbandingan IHSG Dengan Bursa Global

Sektor-sektor yang menopang pertumbuhan IHSG sepanjang tahun 2014 ini antara lain sektor properti, keuangan, infrastruktur, serta konsumer. Indeks sektor properti secara spektakuler mencatatkan pertumbuhan sebesar 52.77 persen diikuti sektor keuangan yang tumbuh sebesar 34.82 persen. Sementara sektor infrastruktur dan konsumer masing-masing membukukan pertumbuhan sebesar 25.02 persen dan 18.06 persen.

Bukannya tanpa halangan, suburnya IHSG terus dibayangi melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Penurunan ini sudah terjadi sejak 2013 seiring dengan kondisi makro ekonomi Indonesia yang menghadapi banyak tekanan dari dalam ataupun luar negeri.

Meskipun demikian, rupiah sempat menguat ke level 11,284 per dolar Amerika pada bulan April 2014 namun kembali melemah ke level 12,273 pada penutupan 10 Desember.

Grafik Pergerakan Rupiah dan IHSG

Secara umum, pelaku pasar menanggapi positif akan hasil pemilu lalu. Ini terindikasi dari pergerakan tingkat suku bunga obligasi negara bertenor 10 tahun yang dijadikan acuan (benchmark) menunjukkan tren penurunan. Turunnya tingkat suku bunga acuan menandakan adanya perbaikan tingkat kepercayaan investor terhadap Indonesia seiring dengan menurunnya country risk Indonesia.

Grafik Suku Bunga Obligasi


Lalu bagaimana dengan prospek ekonomi Indonesia di tahun 2015?

Jika melihat langkah-langkah yang telah dan akan diambil oleh pemerintahan Jokowi-JK untuk menurunkan defisit APBN, masyarakat patut optimis dengan prospek ekonomi tahun depan. Terlebih lagi dengan rencana pemerintah untuk membangun infrastruktur di berbagai sektor berpotensi mendongkrak kinerja emiten-emiten terkait.

Sementara untuk sektor komoditas, Indonesia masih harus terus memantau harga-harga komoditas terutama tambang dan energi apakah sudah memasuki area bottomline atau masih bisa terus melemah. Selain faktor-faktor diatas, perkembangan politik tanah air juga perlu diicermati, terutama konflik antara parlemen dengan pemerintah.

Situasi perekonomian global yang secara langsung maupun tidak langsung turut mempengaruhi perekonomian Indonesia. Ekonomi Amerika Serikat dan China akan sangat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia.(al)