INFOGRAFIK: Ketika 'Susi Effect' Menggairahkan 2 Sektor Saham Ini

Bareksa • 11 Dec 2014

an image
INFOGRAFIK: Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti dan melonjaknya harga saham-saham perkapalan (Bareksa.com)

Sebelumnya, harga saham di kedua sektor tersebut seperti tertidur pulas. Saham apa saja?

Bareksa.com - Pemerintahan Jokowi-JK menetapkan sektor maritim menjadi kiblat baru pembangunan ekonomi nasional. Pengangkatan Susi Pudjiastuti sebagai Menteri Kelautan dan Perikanan kian mengokohkan arah baru yang akan dituju itu. Susi, pengusaha ikan yang sukses dan betisnya dirajah tato itu, bukan cuma nyentrik. Dia langsung menggebrak dan bergerak cepat. Praktik illegal fishing yang lama merongrong perairan Nusantara langsung diperanginya, tanpa tedeng aling-aling.

Industri kelautan langsung menempati agenda teratas di media-media nasional, termasuk media sosial. Dan "Susi Effect" itu pun merambah jauh sampai ke bursa saham.

Harga saham-saham perikanan dan perkapalan yang semula tertidur lelap mendadak menggeliat bangun, lalu melonjak tajam. 

Menurut data Bareksa.com, ada tiga emiten yang bergerak di sektor perikanan. Mereka adalah PT Dharma Samudra Fishing Industries Tbk (DSFI), PT Inti Agri Resources Tbk (IIKP) dan PT Central Proteina Prima Tbk (CPRO).

Return saham DSFI dalam periode satu tahun, misalnya, melonjak menjadi 73,08 persen pada 29 Oktober 2014 -- setelah Presiden Jokowi mengumumkan komposisi Kabinet Kerjanya pada  26 Oktober (selengkapnya lihat data saham Bareksa.com).

Saham IIKP malah sudah naik mulai akhir September 2014. Pada 29 Oktober, return saham periode satu tahun IIKP sudah mencapai 54,78 persen.

CPRO menyusul kemudian, bangkit mulai 21 November.

Hingga 9 Desember 2014, return periode satu tahun saham DFSI, IIKP dan CPRO sungguh luar biasa: masing-masing mencapai 180,77 persen, 80,59 persen dan 52 persen.

Grafik 1: Pergerakan Return Saham Sektor Perikanan

Sumber: Bareksa.com

Patut digarisbawahi, mengkilapnya harga saham ketiga emiten itu tidak serta-merta mencerminkan kinerja keuangannya.

DSFI adalah perusahaan yang bergerak di bidang produksi dan pengolahan makanan laut, terutama perikanan. Berdasarkan data laporan  keuangan di Bareksa.com, pertumbuhan pendapatan DSFI per tahun mencapai 43 persen dalam periode 2011-2013. Namun, pada kurun waktu Januari-September 2014 laba yang diperoleh cuma sebesar Rp5,05 miliar atau merosot 21,4 persen dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Akan tetapi, dari sisi valuasi pada harga Rp146 per saham, price earning ratio (PER) 2014 DSFI mencapai 40,22 kali.

Adapun IIKP bergerak di bidang agribisnis dengan fokus di industri ikan hias, khususnya ikan Arwana jenis super red. Dalam tiga tahun terakhir, pertumbuhan pendapatan IIKP mencapai 32,6 persen per tahun. Namun, jika dihitung sejak 2009 hingga September 2014, IIKP masih merugi. Sepanjang Januari-September 2014, kerugian IIKP mencapai Rp10,67 miliar, meningkat dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang Rp8,9 miliar.

Yang ketiga adalah CPRO. Perusahaan yang bergerak di bidang tambak udang ini juga menderita kerugian pada periode Januari-September 2014, sebesar Rp199,79 miliar. Angka kerugian tersebut mengecil jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp745,3 miliar.

Itu di sektor perikanan.

Fenomena serupa juga terjadi pada harga saham-saham sektor perkapalan yang melonjak seiring dicanangkannya rencana pembangunan "Tol Laut".

Angin positif sebetulnya sudah bertiup ke arah saham-saham perkapalan sejak tahun 2011 -- seiring efektifnya pemberlakuan asas cabotage berdasarkan UU No.17/2008. Ketentuan ini mewajibkan setiap kapal pengangkut barang berbendera Indonesia, terutama untuk sektor penunjang kegiatan usaha hulu dan hilir di sektor minyak dan gas bumi.

Namun demikian, harga saham di sektor ini baru melonjak secara signifikan dalam empat bulan terakhir.

Saat ini, menurut data Bareksa.com, terdapat lima saham perusahaan kapal pengangkutan yang aktif diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia. Mereka adalah PT Samudra Indonesia Tbk (SMDR), PT Pelayaran Tempura Mas Tbk (TMAS), PT Humpuss Intermoda Transportasi Tbk (HITS), PT Trada Maritime Tbk (TRAM) dan yang tebaru, PT Soechi Lines Tbk (SOCI).

Grafik 2: Pergerakan Return Harga Saham Perkapalan

Sumber: Bareksa.com

Saham TMAS dan SMDR memiliki return tertinggi untuk periode satu tahun. Harga TMAS meroket hampir 10 kali lipat dan SMDR 5 kali lipat.

Return SOCI, yang baru listing pada 3 Desember lalu, sudah sebesar 1,61 persen. HITS juga baru bergerak dalam seminggu terakhir dan menghasilkan return 113,43 persen.

Satu-satunya yang anjlok adalah TRAM, sebesar 69,37 persen untuk return periode satu tahun. Namun, penyebabnya adalah masalah internal perusahaan, yakni pembajakan kapal.

TMAS dan SMDR bergerak di bidang pengangkutan barang (carrier). Sementara SOCI, HITS dan TRAM lebih banyak mengangkut minyak (baca juga: Membandingkan Kinerja Kapal Distribusi Minyak SOCI, TRAM & HITS; Siapa Juaranya?).

Tabel: Perbandingan Fundamental TMAS, SMDR, SOCI, HITS dan TRAM

Sumber: Bareksa.com

Dilihat dari kinerja fundamentalnya, berdasarkan data perbandingan Bareksa, TMAS memiliki rasio return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) tertinggi, yakni masing-masing sebesar 10,86 dan 38,47 persen. Ini membuat harga sahamnya melonjak lebih tinggi dibandingkan saham perusahaan-perusahaan kapal lainnya. (kd)