Menteri Susi Gencar Perangi Illegal Fishing, Saham DSFI Melejit. Kenapa?

Bareksa • 10 Dec 2014

an image
Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti (kanan) menyimak pemaparan petugas saat meninjau tempat penyimpanan kapal sitaan di Stasiun Pengawasan Sumber Daya Kelautan dan Perikanan (PSDKP) Pontianak, Sungai Rengas, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Sabtu (15/11/2014) (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)

Harga saham DSFI melejit ke level Rp146, tiga kali lipat dibandingkan pada 27 Oktober 2014 lalu.

Bareksa.com - Sejak Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti gencar memerangi illegal fishing, ada perkembangan menarik pada pergerakan harga saham-saham di industri kelautan. Salah satunya terlihat pada saham PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI), yang melejit ke level Rp146 per saham pada penutupan perdagangan Selasa kemarin, 9 Desember 2014, atau naik tiga kali lipat dibandingkan pada 27 Oktober di tahun yang sama di level Rp50.

Jokowi mengumumkan anggota Kabinet Kerjanya pada hari Minggu, 26 Oktober lalu dan Menteri Susi yang betisnya dirajah tato ini langsung mengumumkan perang pada pada perompak ikan sejak hari kedua dia diangkat.

“Perusahaan yang banyak menyelundupkan ikan pasti saya babat,” Susi menegaskan ketika itu kepada media.

DSFI adalah perusahaan yang bergerak di bidang perikanan, termasuk menangkap, mengumpulkan, mengolah, menjual serta menjalankan usaha-usaha di bidang perdagangan hasil perikanan.

Direktur Utama DSFI Johanes Sarsito mengatakan kepada Bareksa.com bahwa kebijakan tegas Menteri Susi itu secara tidak langsung berdampak positif bagi perusahaan seperti DSFI. “Jika kebijakan tersebut serius diterapkan, maka hasil tangkapan nelayan akan meningkat. Dan Dharma Samudra akan menikmati manfaatnya juga karena selama ini kami membeli ikan dari nelayan,” katanya.

Grafik: Pergerakan Saham PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk (DSFI)

Sumber: Bareksa.com

Yang menarik, sebelum-sebelumnya harga saham DSFI seperti lama tertidur, tidak banyak bergerak di kisaran Rp50-53 per saham. Padahal, kinerja DSFI sudah perlahan membaik setelah restrukturisasi utang di tahun 2009.

Kini, Johanes pasang target optimistis. Dia menargetkan produksi tahun depan dapat meningkat menjadi 6.000-7.200 ton serta pendapatan menjadi $36-42 juta atau berkisar Rp432-504 miliar. Untuk itu, pihaknya berencana menerbitkan saham baru untuk meningkatkan modal.

“Kami targetkan produksi tahun depan mencapai 500-600 ton per bulan dengan pendapatan $3-3,5 juta per bulan di tahun depan. Untuk itu, kami butuh modal. Kalau raw material ada tapi modal terbatas, ya tidak bisa beli,” dia menerangkan.

Namun, Johanes tidak mau menyebutkan berapa target dana yang akan diraih dari penerbitan saham baru tersebut. "Untuk nilainya masih dalam perhitungan. Kami mencari standby buyer dan investor yang mengerti masalah perikanan. Sektor ini lebih kompleks, tidak seperti sektor lainnya."

Grafik: Pendapatan PT Dharma Samudera Fishing Industries Tbk 2008-2014

Sumber: Bareksa.com

Sejak tahun 2011, pendapatan DSFI sudah membaik seiring pulihnya pasar ekspor. Perusahaan mengembangkan dan memperluas pangsa pasar ekspor, salah satunya dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan asal Jepang dan Australia.

Kinerja DSFI sempat anjlok di periode 2008-2010, terimbas krisis global dan karena kesulitan mendapatkan bahan baku ikan. Selain itu, penolakan terhadap produk asal Indonesia yang ditetapkan FDA (Food and Drug Administration) Amerika Serikat, ikut memperburuk pendapatan DSFI. Padahal, pendapatan ekspor menyumbang lebih dari 80 persen bagi total pendapatan perusahaan.

Grafik: Perbandingan Komposisi Penjualan 2010 dan 2013

Sumber: Bareksa.com

Hingga tahun 2009, DSFI merugi. Hal ini memaksa DSFI merestrukturisasi utang perbankan dari semula senilai Rp75,93 miliar hingga menjadi Rp40 miliar pada tahun 2015 nanti. Untuk mengurangi utang, perseroan menjual aset non produktif berupa pabrik es balok, bengkel kapal, tempat penyimpanan ikan berkapasitas 8.000 ton, dan tiga kapal pengangkut hasil produksi di tahun 2011.

Langkah-langkah itui berhasil menurunkan rasio debt to equity menjadi 1,29 kali per akhir September 2014, dibandingkan 7,48 kali per akhir tahun 2009.

Pengurangan utang plus peningkatan pendapatan akhirnya mendongkrak laba bersih DSFI sejak tahun 2011 hingga 2013 dengan laju pertumbuhan per tahun mencapai 32 persen.

Sementara itu, laba DSFI untuk periode Januari sampai September 2014 mencapai Rp5,05 miliar atau turun 21,39 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya.

Grafik: Perbandingan Laba Bersih dengan Debt to Equity Ratio

Sumber: Bareksa.com

Dari sisi valuasi, pada harga Rp146, price-earning ratio (PER) 2014 untuk saham DSFI mencapai 40,22 kali. Nilai ini lebih besar jika dibandingkan dengan perusahaan barang konsumsi lain seperti saham  PT Indofood CBP Tbk (ICBP) yang diperdagangkan pada PER 2014 sebesar 25,03 kali dan PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) yang 20,34 kali. Artinya pada harga saat ini saham DSFI relatif lebih mahal jika dibandingkan dengan saham-saham di perusahaan konsumsi. (kd)