Bareksa.com - Merosotnya harga minyak dunia disambut dengan euforia oleh masyarakat dan industri di Indonesia. Pasalnya penurunan ini bisa membuat harga bahan bakar minyak (BBM) industri semakin turun dan berdampak pada biaya operasional yang menurun. Bagi pemerintah hal ini juga menguntungkan karena subsidi yang diberikan untuk BBM bisa berkurang dan menambah ruang gerak fiskal pemerintah.
Pasar juga menyambut baik turunnya harga minyak dunia karena membuat pemerintah lebih leluasa. Walaupun demikian, Kim Eng Maybank dalam hasil riset yang telah disampaikan kepada nasabah mengungkapkan jika harga minyak terus anjlok ada dampak negatif yang perlu diwaspadai pemerintah.
Alasannya karena harga minyak bisa saja menimpa harga komoditas dan membuatnya turun. Padahal sektor komoditas merupakan sektor unggulan yang membawa devisa bagi negara.
Turunnya harga komoditas akan meningkatkan risiko perlambatan permintaan domestik hingga 25 persen dari produk domestik bruto (PDB) dan lebih dari 30 persen lapangan pekerjaan.
Ekspor komoditas Indonesia mencapai 30 persen dari keseluruhan total ekspor. Jika harga komoditas rontok maka pendapatan Indonesia juga akan semakin berkurang.
Berdasarkan data Bareksa, harga CPO sebulan terakhir memang terus terperosok. Harga CPO pada tanggal 3 November 2014 berada pada 2.336 Ringgit Malaysia (MYR) namun hari ini, Kamis 4 Desember 2014 harga CPO hanya MYR2.115. Dengan demikian dalam waktu sebulan harga CPO menyusut hingga 9,46 persen. (np)
Grafik harga CPO Satu Bulan Terakhir
Sumber: Bareksa.com