Berita / / Artikel

Metamorfosa Pemilik Elnusa: Dari Bambang Tri, Bakrie, Hingga Dapen Pertamina

• 27 Nov 2014

an image
Dua pekerja mengontrol kerangan pipa produksi yang berasal dari sumur menuju stasiun pengumpul minyak mentah di lapangan operasi Klamono PT. Pertamina EP Aset 5 Papua, Kabupaten Sorong, Papua Barat. (ANTARA FOTO/Saptono)

Maret 2014 lalu, Dana Pensiun Pertamina membeli kembali saham ELSA dari PT Benakat.

Bareksa.com - Reformasi sektor minyak dan gas yang sedang digelar pemerintahan Jokowi tak bisa dilepaskan dari pembenahan PT Pertamina (Persero) sebagai perusahaan yang mengelola industri minyak dan gas milik negara. Bagi para investor di pasar modal, ada satu perusahaan yang perlu dicermati: PT Elnusa (Persero) Tbk, anak perusahaan Pertamina yang sahamnya telah diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia dengan kode ELSA.

Menarik menyusuri metamorfosa kepemilikan perusahaan ini, yang tampaknya berjalan seiring pergantian rezim yang berkuasa -- mulai dari zaman Presiden Soeharto sampai SBY kemarin.

Berdiri pada tahun 1969, Elnusa merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa hulu migas secara terintegrasi, termasuk jasa eksplorasi. Pada tahun 2008, Elnusa menggelar penawaran saham perdana (initial public offering, IPO).

Sekitar April 2009, PT Tridaya Esta -- perusahaan yang terafiliasi dengan Bambang Trihatmodjo, putra ketiga Presiden Soeharto -- dikabarkan akan menjual 37,15 persen saham mereka di Elnusa. Soal ini antara lain diwartakan Harian Bisnis Indonesia dan Kontan.

Lalu muncul lah sejumlah peminat. Salah satunya adalah Konsorsium Saratoga-Northstar (Saratoga dipimpin oleh Sandiaga Uno dan Northstar di bawah TPG Capital, perusahaan private investment terkemuka dari Amerika). Selain itu juga ada Lippo Group yang maju melalui PT Ciptadana Securities dan PT Pertamina (Persero) yang saat itu merupakan pemegang saham terbesar Elnusa (41,1 persen).

Pada Juni 2009, sebagaimana diberitakan Kompas, PT Tridaya Esta mengumumkan konsorsium Northstar-Saratoga sebagai preferred bidder atau penawar yang paling berpeluang memenangkan tender penjualan saham tersebut.

Tapi apa yang terjadi?

Saham Elnusa itu akhirnya dibeli PT Benakat Integra Tbk (BIPI) -- dahulu bernama PT Benakat Petroleum Energy Tbk -- dengan harga Rp330 per saham pada bulan Februari 2010 seperti tercantum pada keterangan laporan keuangan Benakat tahun 2010. Pada harga saham tersebut, jika dihitung menggunakan metode price to book value (PBV) maka saat itu valuasi Elnusa mencapai 1,26 kali.

Dan siapa gerangan di belakang Benakat?

Fakta menunjukkan pada tahun 2010 -- sebagaimana tertera pada Laporan Tahunan 2010 -- Benakat dipimpin oleh Andreas Kastono Ahadi sebagai Presiden Komisaris dan M. Suluhuddin Noor sebagai Presiden Direktur. Andreas sebelumnya adalah Direktur PT Darma Henwa Tbk (DEWA) sedangkan Suluhuddin merupakan petinggi di PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG). Keduanya merupakan perusahaan di Grup Bakrie.

Pada tahun 2014 ini, Benakat tercatat menjual anak-anak usahanya, salah satunya adalah saham Elnusa.

Benakat melepas 2 miliar saham Elnusa -- atau 27,4 persen dari keseluruhan saham Elnusa -- dengan perincian: 1,3 miliar saham kepada Dana Pensiun Pertamina dan 700 juta saham ke PT Pratama Capital Asset Management; senilai total Rp790 miliar atau Rp395 per lembar saham seperti dilaporkan dalam laporan keuangan Benakat periode September 2014.

Di harga tersebut, saham Elnusa berada pada nilai PBV sebesar 1,26 kali.

Grafik: Pergerakan Harga Saham ELSA

Sumber: Bareksa.com

Transaksi tersebut dilakukan pada 26 Maret 2014 di saat harga saham Elnusa masih di level Rp461 per saham. Berdasarkan data Bareksa.com, sejak pembelian itu, ELSA melesat hingga titik tertingginya, Rp730, pada 11 Agustus 2014. (kd)

 

Tags: