Bareksa.com - Emiten berbasis pakan ternak dan unggas PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN) harus rela laba bersih mereka tergerus oleh selisih kurs. Laba bersih Malindo pada sembilan bulan pertama tahun ini anjlok sebesar 92,5 persen.
Januari-September 2014, laba bersih Malindo turun menjadi Rp18,5 miliar atau Rp11 per saham dari sebelumnya Rp242,6 miliar atau Rp143 per saham.
Sebelumnya banyak rumor beredar turunnya laba Malindo dikarenakan day old chicken (DOC) terkena virus. Namun Investor Relation Malindo David Low, setelah di konfirmasi Bareksa.com mengatakan rumor tersebut tidak benar.
Ia menjelaskan, hal yang paling mempengaruhi kerugian adalah lemahnya nilai tukar rupiah. Padahal 70 persen bahan baku pakan harus diimpor dari luar negeri. Ini menyebabkan adanya pembengkakan biaya produksi dan Malindo harus menambah pinjaman utang jangka pendek untuk menutupi pembengkakan tersebut.
Kenaikan biaya produksi ini tidak diimbangi dengan kenaikan pendapatan yang hanya 9,7 persen menjadi Rp3,4 triliun dari sebelumnya Rp3,1 triliun. Padahal perusahaan sudah mengantisipasinya dengan menaikkan harga jual. Namun, upaya menaikan harga jual ini malah berdampak pada menurunnya volume penjualan dan usaha ini tidak mampu memperbaiki kinerja keuangan.
Selain itu terjadi gagal produksi yang menyumbang kerugian 1,2 persen dari total produksi, dan meningkatkan jumlah persediaan yang ada per September 2014. Untuk mencegah kerugian terulang pada periode berikutnya, maka Malindo telah mempersiapkan strategi baru yaitu dengan menyiapkan hedging sekitar 30-50 persen dan meningkatkan target penjualan 15-18 persen.
“Tahun depan Malindo juga telah menyiapkan capex Rp500-Rp600 miliar,” ungkap David. (at)