Bareksa.com – Perlambatan pertumbuhan ekonomi yang terjadi di kuartal III-2014 menjadi hanya 5,01 persen secara year-on-year ditanggapi beragam oleh sejumlah ekonom.
Chief Ekonom BII Maybank Juniman menilai perlambatan yang terjadi hanya sementara dan pada kuartal IV-2014 pertumbuhan ekonomi akan membaik didorong oleh konsumsi pemerintah yang kuat serta masuknya arus dana investasi.
Berdasarkan laporan riset Macquarie yang telah disampaikan kepada nasabah memproyeksi akhir tahun ini pertumbuhan ekonomi yang tercermin dalam pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) akan kembali naik menjadi 5,1 persen.
Sementara pendapat berbeda disampaikan Ekonom Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra. Dalam laporan yang dibagikan kepada nasabahnya, Aldian menilai perlambatan yang terjadi akan berlanjut di kuartal IV-2014. Bahkan, Aldian memperkirakan pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2014 akan berada di bawah level 5 persen.
Grafik: Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Tahunan Per Kuartal
Sumber: Bareksa.com
Rendahnya pertumbuhan ekonomi tersebut terimbas kenaikan harga TDL serta kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang diyakini di bulan November. Kenaikan harga akibat kenaikan harga BBM akan menurunkan daya beli masyarakat sehingga konsumsi domestik akan turun.
Selain itu, kenaikan harga BBM akan direspon oleh Bank Indonesia (BI) yang diperkirakan masih akan menerapkan kebijakan ekonomi ketat, salah satu caranya dengan menaikan BI Rate untuk menahan laju inflasi.
Meski demikian, kenaikan BI Rate tersebut diperkirakan terbatas hanya sebesar 25 bps menjadi 7,75 persen dan bertahan hingga akhir tahun 2015 karena suku bunga acuan BI tersebut dinilai sudah tinggi dibandingkan negara di kawasan ASEAN lainnya.
Kenaikan BI Rate juga akan berimbas bagi iklim investasi, dimana investasi hingga akhir tahun diperkirakan stagnan.
Aldian menilai pertumbuhan ekonomi akan mulai pulih pada kuartal II-2015 seiring penyesuaian konsumsi swasta setelah kenaikan harga BBM. Sementara pemulihan di sektor investasi diperkirakan lebih cepat, yang ditandai dengan meningkatnya kapasitas utilitas dan membaiknya sentimen setelah pemerintah berhasil mengatasi masalah subsidi energi.
Selain kenaikan harga BBM subsidi, laporan Macquarie juga menyebutkan bahwa dalam jangka menengah Pemerintah harus dapat mendiversifikasi ekspor menjadi tidak hanya barang komoditas tetapi juga barang manufaktur dengan cara memastikan kepastian hukum dalam investasi serta fleksibel dalam aturan mengenai tenaga kerja.
Jika hal tersebut berhasil dilakukan diperkirakan tahun 2018 pertumbuhan ekonomi dapat mencapai 6,3 persen. (np)