Bareksa.com - Beberapa emiten sektor konsumsi dan ritel seperti GGRM, MYOR, ICBP, KLBF, KAEF, RALS, dan AMRT, dinilai akan diuntungkan oleh program ‘kartu sakti’ Presiden Joko Widodo — Kartu Indonesia Pintar (KIP), Kartu Indonesia Sehat (KIS), dan Kartu Keluarga Sejahtera (KKS). Demikian laporan Macquarie Securities.
Emiten-emiten tersebut diyakini akan terdongkrak kinerjanya di era pemerintahan Jokowi-JK karena menyasar kebutuhan warga masyarakat lapisan bawah dan miskin.
Pengucuran dana bantuan tunai sebesar Rp200 ribu per bulan untuk 15,5 juta keluarga miskin melalui KKS -- total $3,1 miliar -- diperkirakan bakal mendongkrak daya beli masyarakat yang akan berimbas terhadap peningkatan konsumsi warga di lapisan ini.
Rinciannya: 14,5 juta keluarga akan menerima dana bantuan tunai melalui PT Pos Indonesia, sedangkan 1 juta sisanya dalam bentuk non tunai melalui Mandiri e-Cash milik Bank Mandiri.
Selain dalam bentuk subsidi tunai, pemerintah juga mengalokasikan dana perlindungan sosial sebesar $16 juta untuk program kesehatan dan pendidikan. Alokasi dana untuk dua pos vital ini bakal ditingkatkan di tahun-tahun mendatang.
Pemerintah mengalokasikan dana subsidi untuk siswa tingkat pendidikan dasar sebesar Rp375 ribu, tingkat menengah Rp225 ribu, dan SMA Rp500 ribu per semester, yang akan disalurkan melalui KIP.
Sementara KIS bertujuan untuk meningkatkan kualitas kesehatan dan ketersediaan layanan medis bagi masyarakat miskin. Mekanismenya sama seperti kartu asuransi dengan anggaran sebesar Rp19,225 per orang dengan target pengguna 88 juta orang. Di akhir tahun 2014 nanti, 4,5 juta orang dicanangkan sudah bisa dicapai program ini.
Tak perlu dipaparkan lebih jauh, bagaimana produsen makanan dan minuman massal seperti PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk (ICBP) yang terkenal dengan Indomie-nya dan PT Mayora Indah Tbk (MYOR) dengan 'Kopi Torabika' dan 'Kopiko'-nya bakal terkena imbas positif dari kebijakan populis itu.
Begitu pula dengan produsen rokok PT Gudang Garam Tbk (GGRM). Konsumsi rokok di keluarga miskin tergolong tinggi. Di tahun 2007 saja, 35,71 persen dari keluarga miskin yang disurvei Pusat Manajemen dan Kebijakan Kesehatan (PMPK) FK UGM mengaku punya anggota keluarga yang merokok. Mereka bahkan rela membelanjakan 11,6 persen dari total pengeluaran untuk membeli rokok. Tingginya konsumsi rokok di segmen ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan penjualan rokok 'Gudang Garam' yang di tahun 2013 menguasai 20,6 persen pangsa pasar.
Program KIS juga tampaknya bakal mendorong volume penjualan obat generik keluaran PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) dan PT Kimia Farma Tbk (KAEF). (kd)