Bareksa.com - Indonesia akan mengembangkan industri petrokimia berbasis batubara untuk memasok bahan baku plastik di dalam negeri dengan nilai investasi mencapai USD1,7 miliar atau Rp19,89 triliun yang kemungkinan akan dibangun di Sumatera Selatan atau Kalimantan.
“Nilainya memang cukup besar, untuk mencapai produk akhir polimer propilen atau plastik dengan kapasitas terpasang sebanyak 400.000 ton, dibutuhkan investasi sebesar USD1,7 miliar,” kata Wakil Ketua Asosiasi Industri Aromatik Olefin dan Plastik (Inaplas), Budi Susanto Sadjman yang dilansir imq21.com
Rencana mengembangkan industri petrokimia, menurut Budi, berawal dari minimnya pasokan bahan baku plastik di dalam negeri karena terbatasnya kilang minyak yang memproduksi nafta. Padahal, nafta tersebut adalah bahan baku utama yang akan diubah menjadi propilen dan etilen, dimana dua produk tersebut kemudian akan diubah menjadi polimer plastik.
Proyek ini, lanjut Budi, merupakan hasil kerja sama Kementerian Perindustrian, Kementerian Riset dan Teknologi, serta swasta nasional. “Kami sudah mempunyai masterplannya, dan diharapkan pada 2020 teknologinya sudah siap,” ujarnya.
Selain memproduksi polimer plastik, industri ini juga menghasilkan metanol dan listrik berkapasitas 10 megawatt.