Bareksa.com - Pertemuan presiden terpilih 2014-2019 Joko Widodo dan presiden Susilo Bambang Yudhoyono semalam tidak menjawab harapan investor mengenai kepastian apakah akan segera ada kenaikan bahan bakar minyak (BBM).
Sebelumnya diberitakan adanya keengganan Presiden SBY untuk berbagi beban menaikkan BBM bersubsidi di masa pemerintahannya yang tinggal dua bulan lagi. Dalam berbagai kesempatan, tim transisi Jokowi kerap kali mengatakan perlu dimulainya kenaikan BBM secara bertahap segera, sebelum pemerintahan Jokowi mulai bekerja bulan Oktober.
Meski bagus untuk anggaran pemerintah, rencana ini langsung disambut dengan tuntutan kenaikan upah buruh hingga 30 persen. Kenaikan harga BBM selalu diikuti dengan kenaikan harga. Ini akan menaikkan biaya hidup buruh, ujar Joko Haryono, dari Presidium Serikat Pekerja Nasional (SPN).
Namun, besaran kenaikan itu masih bisa berubah lantaran SPN menunggu perkembangan terkini kebijakan pemerintah terkait harga BBM subsidi.
Di pasar saham, investor pasar modal berharap pertemuan SBY dengan Jokowi kemarin memberikan kepastian terkait harga BBM, namun nyatanya pertemuan tersebut tidak menjawab harapan tersebut.
Kisruh BBM bersubsidi ini sempat menekan pasar modal karena investor khawatir kelangkaan BBM di sejumlah daerah bisa memicu masalah tambahan, misalnya inflasi tinggi, hingga potensi konflik sosial.
Untungnya, Pertamina kembali menambah pasokan BBM serta menunda pembatasan BBM bersubsidi sehingga untuk sementara bayangan mengenai krisis kelangkaan BBM mereda. (QS)
Kontan, hal 1.