Bareksa.com – Dalam sebulan terakhir ini, perusahaan grup Bakrie disibukan dalam pencarian utang guna refinancing utang serta meminta perpanjangan jangka waktu pembayaran agar terhindar dari potensi gagal bayar “default”.
Bagaimana pergerakan saham-saham perusahaan tersebut dari awal tahun hingga kemarin (year-to-date)?
Diantara 5 saham perusahaan grup Bakrie, hanya dua perusahaan yang masih memberikan return yakni saham PT Energi Mega Persada Tbk (ENRG) dan saham PT Visi Media Asia Tbk (VIVA).
Periode year-to-date, ENRG dan VIVA memperoleh return masing-masing 27,14 persen dan 17,09 persen.
Sepanjang semester I-2014, Visi Media masih memperoleh laba usaha sebesar Rp307 miliar, naik 55 persen dibanding Rp198 miliar periode yang sama tahun sebelumnya. Energi Mega juga mengalami kenaikan sebesar 20,76 persen menjadi Rp1,57 triliun dibanding Rp1,3 triliun.
Sebaliknya return saham PT Bumi Resources Tbk (BUMI) anjlok 36,33 persen year-to-date.
Sementara untuk harga saham PT Bakrie Development Tbk (ELTY) dan PT Bakrie Telecom Tbk (BTEL) tidak mengalami perubahan, tetap berada pada harga terendah Rp50 per saham.
Agustus ini Bumi Resources selamat dari default setelah memperoleh persetujuan dari pemegang obligasi untuk memperpanjang jangka waktu utang sebesar USD365 juta ke bulan April 2018.
Penurunan saham BUMI menyebabkan anjloknya kapitalisasi pasar dari periode tertingginya tahun 2008 sebesar Rp17,65 triliun menjadi hanya Rp4 triliun kemarin.
Sementara itu Bakrie Development masih melakukan negosiasi pada pemegang obligasi konversi Equity-Linked Bonds (ELB) yang meminta pelaksanaan put-option sebesar USD151 juta.
Bulan Mei 2015 nanti, Bakrie Telecom juga harus melunasi utang sebesar USD380 juta. Pada Januari-Maret 2014, Bakrie Telecom mencatat rugi usaha sebesar Rp65 miliar.
Tercatat kapitalisasi pasar Bakrie Development naik menjadi Rp2,17 triliun dibanding Rp1,4 triliun tahun 2008. Begitupun dengan Bakrie Telecom yang naik menjadi Rp1,5 triliun dibanding Rp1,4 triliun.
Sedangkan kapitalisasi pasar Energi Mega melonjak menjadi Rp4 triliun dibanding Rp797 miliar tahun 2008. Peningkatan kapitalisasi pasar perusahaan tersebut disebabkan aksi penambahan saham baru melalui right issue sehingga menambah modal.
Berbeda dengan nilai modal di neraca, kapitalisasi pasar menunjukan nilai modal yang dinilai berdasarkan harga saham terakhir. (QS)
Sumber: Bareksa.com
Data ini selengkapnya dapat diakses di: Daftar Saham
*oleh Ni Putu Kurnia Sari