Potensi Destabilisasi Ekonomi Jika Pemerintah Salah Ambil K

Bareksa • 19 Aug 2014

an image
Lanang Trihardian, analis investasi PT Syailendra Capital

Lanang, analis PT Syailendra Capital menilai pemerintah harus cepat menangani beban subsidi BBM yang membengkak

Bareksa.com - Akhir minggu lalu (15/8), IHSG menguat 0,2 persen dibandingkan minggu sebelumnya menjadi 5.149 dimotori oleh saham-saham sektor pertambangan dan sektor perdagangan, jasa, dan investasi, sementara investor asing  tercatat melakukan aksi net selling sebesar Rp444 miliar.

Sebelumnya investor asing secara empat hari berturut-turut mencatat aksi beli bersih berbalik menjadi net seller pada hari Jumat (15/8). Berita mengenai membengkaknya defisit transaksi berjalan periode kuartal II 2014, meskipun telah diantisipasi sebelumnya, turut menekan kinerja indeks pada akhir minggu.

Kurangnya katalis positif membuat IHSG sukar mendekati level all-time high-nya di 5208. Dari sisi nilai tukar Rupiah, minggu lalu nilai tukar rupiah ditutup level Rp11.677 per dolar Amerika.

Data ekonomi penting yang diumumkan minggu lalu adalah mengenai defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) yang pada kuartal II-2014 tercatat sebesar USD9,1 miliar atau -4,3 persen dari PDB (Produk Domestik Bruto), melonjak tajam jika dibandingkan -2,0 persen pada kuartal I-2014. Hasil tersebut sedikit di atas ekspektasi konsensus sebesar 4,1-4,2 persen dari PDB.

Penting untuk diingat bahwa berdasarkan data historis, defisit transaksi berjalan memang seringkali melonjak pada kuartal II. Hal ini sudah menjadi siklus di perekonomian Indonesia yang umumnya dipicu oleh mulai berjalannya proyek-proyek ekspansi perusahaan-perusahaan dan pemerintah, serta pengaruh bulan puasa dan Lebaran. Bahkan angka defisit transaksi berjalan pada kuartal II-2014 yang sebesar USD9,1 miliar, sudah lebih rendah dibandingkan kuartal II-2013, yang mencapai USD10 miliar atau 4,4 persen dari PDB.

Penyebab utama lonjakan CAD pada kuartal II-2014, lebih disebabkan penurunan kinerja ekspor komoditas (batu bara dan CPO). Sementara lonjakan CAD pada kuartal II-2013 lebih didorong oleh membengkaknya impor.

Defisit dikuartal II-2014 juga tidak menyebabkan pelemahan yang signifikan pada pergerakan nilai tukar rupiah dimana pergerakan cenderung stabil. Selain itu juga cadangan devisa kita justru sedang dalam trend meningkat, terakhir menyentuh USD110,5 miliar per akhir Juli.Berbeda dengan lonjakan defisit pada kuartal III-2014 lalu yang menyebabkan nilai tukar rupiah merosot tajam dan cadangan devisa terkoreksi.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, kami menilai lonjakan CAD merupakan hal yang sementara saja dan akan secara signifikan turun pada semester II 2014 ini. Kami melihat CAD hingga akhir tahun 2014 akan turun di sekitar level 3 persen dari PDB, yang terutama didorong oleh perbaikan ekspor komoditas.

Langkah pemerintah yang kemarin memberikan kelonggaran terhadap sebuah perusahaan tambang asing raksasa akan mendorong ekspor tambang mineral di semester II. Harga ekspor gas ke Cina juga baru-baru ini telah berhasil dinaikkan.

Namun pemerintah juga harus secepatnya menangani masalah beban subsidi BBM yang berpotensi untuk membengkak. Kegagalan pemerintah untuk mengambil kebijakan yang tepat guna menekan subsidi BBM berpotensi untuk membuat destabilisasi perekonomian.

Apabila pemerintahan yang baru nanti berani melakukan reformasi struktural, kami yakin perekonomian Indonesia tahun 2015 akan tumbuh lebih cepat. Minggu ini IHSG akan bergerak di kisaran 5014 – 5200. (NP)

 

*Lanang Trihardian merupakan Investment Analyst dari PT Syailendra Capital