Bareksa.com – Sejak 1 Juli 2014 hingga kemarin 10 Juli 2014, nilai tukar rupiah menguat sebesar 3 persen ke level Rp11.625 per dolar Amerika.
Penguatan nilai tukar rupiah didorong oleh penurunan defisit perdagangan bulan Mei 2014 serta efek pemilu.
Kemenangan Jokowi walaupun baru melalui perhitungan cepat (quick count) pemilihan presiden 2014 yang unggul sekitar 5 persen dari Prabowo Subianto, direspon positif pada pergerakan rupiah.
Pelaku pasar optimis bahwa Jokowi akan mengulangi keberhasilannya dalam memimpin Jakarta sebagai Gubernur dalam memotong birokrasi dan meningkatkan investasi.
Tabel Nilai Tukar Rupiah Terhadap Mata Uang Asing
Sumber: Bareksa.com
Penguatan rupiah terus terjadi ditengah mata uang negara Asia lainnya menurun ditengah kabar kesulitan yang tengah dialami Portugal seperti yang diberitakan Bloomberg News. Tercatat, nilai tukar rupiah menguat 0,41 persen ke level 11.620. Penguatan yang terjadi diperkirakan masih terbatas.
Berdasarkan laporan yang kami terima, sejumlah manajer investasi asing masih menahan diri untuk meningkatkan kepemilikan rupiah karena masih adanya ketidakpastian atas hasil pemilu yang menunggu hasil perhitungan suara oleh KPU tanggal 22 Juli 2014.
Selain itu, data perekonomian Indonesia seperti pelebaran defisit current account yang terus menerus terjadi serta perlambatan yang terjadi seperti ditunjukkan melambatnya indeks penjualan ritel dan penjualan mobil.
Dari faktor eksternal, kebijakan Bank Sentral Amerika, The Federal Reverse (The Fed) untuk mengakhiri program stimulus pada bulan Oktober menambah kekhawatiran.
Seperti diberitakan sebelumnya bahwa The Fed berencana untuk mengakhiri program stimulus pada bulan Oktober mendatang bila perekonomian AS terus menunjukkan perbaikan. “Bila ekonomi melaju sesuai harapan, pemangkasan terakhir akan terjadi pada pertemuan Oktober mendatang,” tulis catatan notulen rapat bulan Juni The Fed. (NP)
*oleh Suhendra