Dampak Pelemahan Dolar, Inflasi: Tira Ardianti, Head of Inve

Bareksa • 01 Jul 2014

an image
Sejumlah pekerja melakukan pengecekan tahap akhir mobil The All New Vios & Limo produksi PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) di Pabrik Krawang 2, Kawasan Industri Karawang Internasional City, Jawa Barat, 18 Desember 2013. (Antara/Bennami)

Astra tidak bisa melempar beban kenaikan kepada konsumen secara keseluruhan.

Bareksa.com - Sisi bisnis otomotif PT Astra International Tbk (ASII) dapat menggambarkan keadaan sektor manufaktur di Indonesia pada umumnya menghadapi tekanan inflasi, yang sebagian disumbang oleh pelemahan nilai tukar rupiah.

Tira Ardianti, Head of Investor Relations grup Astra, mengungkapkannya kepada Bareksa.com dalam saluran telepon.

"Meskipun pabrik yang dioperasikan Astra secara lokal konten sudah tinggi, harus diingat bahwa di Indonesia penyuplai komponen otomotifnya punya exposure terhadap dolar Amerika cukup tinggi karena bahan baku besi baja, plastik, karet, aluminium yang masih impor," ujar Tira.

Astra sudah mengalami dampak pelemahan rupiah secara gradual dalam bentuk kontrak pembelian yang harganya sudah mulai direvisi oleh para penyuplai komponen otomotif. Astra memiliki ribuan kontrak dengan termin 3 sampai 6 bulan dengan penyuplai komponen otomotif.

Dalam menghadapi kenaikan biaya ini Astra masih melakukan pertimbangan, karena Astra tidak bisa melempar beban kenaikan kepada konsumen secara keseluruhan. Akhir tahun lalu Astra sudah pernah melakukan penyesuaian harga secara gradual.

"Kita tidak semua bebankan ke konsumen. Harus lihat affordibility konsumen yang juga mengalami situasi ekonomi seperti ini. Di daerah mereka mengalami komoditi yang slow down, ada kenaikan suku bunga BI dan beberapa sektor terpengaruh. Kalau kita kasih pressure lagi dengan kenaikan harga, maka akan berat untuk konsumen," lanjut Tira. (QS)