Naiknya Permintaan CPO Jelang Ramadhan; Alternatif Saham Pil

Bareksa • 27 Jun 2014

an image
A worker collects palm oil fruit inside a palm oil factory in Sepang, outside Kuala Lumpur. (REUTERS/Samsul Said)

Pelemahan nilai tukar rupiah dan naiknya harga minyak juga memicu kenaikan harga CPO

Bareksa.com - Terdapat dua katalis yang mendorong pergerakan saham emiten sektor perkebunan kelapa sawit dalam jangka menengah, menurut laporan yang kami pelajari.

Yang pertama adalah pelemahan nilai tukar rupiah, dimana saat ini berada pada level Rp12.000 per dolar, membuat harga minyak kelapa sawit (crude oil price/ CPO) untuk ekspor menjadi lebih kompetitif.

Kedua terkait tingginya harga minyak yang saat ini berada di level USD106 per barel, akan men-support harga komoditas termasuk dalam penggunaan bio diesel.

Permintaan CPO biasanya akan naik selama bulan puasa. Strategi dalam menghadapi kondisi tersebut adalah melakukan pembelian saham-saham CPO di awal Juni untuk mendapatkan momentum musim permintaan CPO di bulan Juli.

Seperti yang diberitakan oleh Kontan, Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), mengatakan sinyal pelemahan produksi serta ekspor CPO sudah tercermin dari semester I-2014. Kebakaran yang terjadi di beberapa wilayah perkebunan kelapa sawit di Riau dan dampak El Nino menjadi penyebabnya.

Perkebunan Riau berkontribusi 3,5 sampai 4 juta ton per tahun atau 35 persen dari produksi nasional. Hingga akhir tahun, GIMNI memproyeksikan produksi CPO dan turunannya hanya 28 juta ton sedangkan ekspor CPO diperkirakan hanya mencapai 18-19 juta ton.

Penurunan supply tersebut akan ikut mendorong naiknya harga CPO.

 

Tabel Harga Komoditas


Sumber: Bareksa.com

Periode puncak produksi CPO mulai dari akhir kuartal ketiga 2014 (musim hujan di Indonesia). Meskipun pasokan CPO akan bias dimulai dari bulan September, konfirmasi dari peristiwa El Nino yang telah diantisipasi sebelumnya untuk tahun 2014 dapat menjadi faktor yang mendukung harga CPO.

Harga saham produsen CPO sudah mengalami kenaikan dari akhir tahun lalu hingga kemarin (26/6) rata-rata diatas 10 persen. saham PT BW Plantation Tbk (BWPT) masih tertinggal dengan return negatif 4 persen.

Hasil kinerja keuangan kuartal pertama 2014, menunjukan penjualan BWPT mengalami kenaikan 33 persen sementara laba bersih meningkat 135 persen didorong oleh peningkatan harga CPO.

Berdasarkan laporan riset yang kami pelajari, rasio utang BWPT juga cukup stabil, dengan nilai utang sebesar Rp3,6 triliun dan net gearing berada pada level 1,6 x. Pertumbuhan produksi CPO tahun 2014 diperkirakan tumbuh 16 persen dibandingkan tahun 2013. (NP)

 

Grafik Return Year To Date AALI, LSIP, BWPT, SIMP, dan SGRO


Sumber: Bareksa.com

* Sigma Kinasih adalah Analis PT Bareksa Portal Investasi