Bareksa.com - Dalam debat capres malam ini, 22 Juni 2014 mengenai Politik Internasional dan Ketahanan Nasional, Jokowi menyampaikan pertimbangan untuk membeli kembali (buy back) saham PT Indosat (Persero) Tbk (ISAT).
Prabowo Subianto sebelumnnya menyinggung soal Indosat yang telah dijual oleh Megawati ketika menjabat sebagai Presiden, padahal menurutnya Indosat yang saat itu memiliki 2 posisi geo stasioner di atas wilayah udara Indonesia.
Menanggapi hal tersebut, Jokowi menyampaikan, "Saat itu tahun 1998, sedang terjadi krisis berat, kondisi ekonomi masih belum baik. Kita jangan berbicara sekarang pada kondisi normal, tetapi berbicaralah pada saat krisis, dimana keuangan APBN kita masih berat." ungkapnya.
"Kita buyback kembali dan menjadi millik kita lagi, namun dengan harga beli yang wajar, dan pertumbuhan ekonomi harus diatas 7 persen", pungkasnya.
Pada tahun 2002, Indonesia menjual 41,94 persen saham kepada Singapore Technologies Telemedia Pte. Ltd. (STT) dengan harga USD627 juta (sekitar Rp5,7 triliun). Di akhir tahun 2001, Indosat memberikan laba sebesar Rp1,4 triliun dan nilai ekuitas sebesar Rp10,7 triliun serta aset mencapai Rp22,3 triliun.
Artinya pada tahun tersebut Indosat dijual pada Price Earning Ratio (PER) sekitar 10 x.
Bagaimana kondisi Indosat saat ini?
Per akhir tahun 2013, Indosat mengalami kerugian sebesar Rp2,78 triliun dengan nilai ekuitas sebesar Rp16,5 triliun dan aset yang mencapai Rp54,5 triliun.
Pemegang saham mayoritas juga sudah berganti. Berdasarkan data PT Bursa Efek Indonesia, pemegang saham mayoritas adalah Ooredoo Asia Pte. Ltd (sebelumnya bernama Qatar Telecom).
Pada tahun 2008, Ooredoo Asia Pte Ltd membeli 40,81 persen dari STT, kemudian pada tahun 2009, membeli 24,19 persen saham dari masyarakat sehingga total kepemilikan menjadi 65 persen.
Hingga 20 Juni 2014, kapitalisasi pasar Indosat sudah mencapai Rp20,15 triliun dengan perkiraan valuasi Price Earning Ratio (PER) 2014 sekitar 33 x.
Jika dibandingkan dengan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk (TLKM) dan PT XL Axiata Tbk (EXCL), saham Indosat (ISAT) bergerak lebih lambat. Dari akhir tahun 2013 sampai 20 Juni 2014 memberikan return negatif 10,6 persen, disebabkan kinerja laba yang mengalami penurunan di akhir tahun 2013.
Kinerja operasional yang menurun, meningkatnya beban depresiasi serta rugi kurs mendorong penurunan harga saham ISAT ungkap laporan riset yang kami pelajari.
Dalam laporan tersebut prospek Indosat pada semester kedua 2014 akan lebih baik dengan dasar ekspansi ISAT ke luar Jawa melalui jaringan 900MHz 2G dan 3G akan mendorong pertumbuhan penjualan dari segmen selular sebesar 6 persen untuk tahun 2014.
Selain itu juga di tahun 2014, Indosat memperoleh laba dari penjualan 5 persen saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (
Grafik Return Harga Saham ISAT, TLKM, EXCL
Sumber : Bareksa.com