Analis Perkirakan BI Rate Tidak Dinaikan Bulan Juni 2014

Bareksa • 03 Jun 2014

an image
Inflasi di Kota Samarinda Provinsi Kalimantan Timur sepanjang April 2014 - (ANTARANEWS.COM/Widodo S.Jusuf)

Inflasi terkendali sampai akhir tahun, asumsi tidak terjadi kenaikan BBM

Bareksa.com - Ditengah kondisi inflasi bulan Mei 2014 dan data neraca perdagangan bulan April 2014 yang berada dibawah ekspektasi pasar, berdasarkan laporan yang kami pelajari, para analis memperkirakan bulan Juni ini Bank Indonesia masih akan tetap mempertahankan nilai suku bunga acuan (BI Rate). Dan diperkirakan Bank Indonesia tidak akan terlalu melakukan intervensi dalam menahan pelemahan Rupiah.

Alasan dibalik adanya perkiraan tersebut karena salah satu yang menyebabkan kenaikan inflasi adalah dari faktor musiman. Bulan ini akan memasuki bulan Ramadhan, dimana secara musiman, menjelang dan pada bulan tersebut terjadi kenaikan harga karena meningkatnya permintaan. Menurut Hari Septanto, Manajer Investasi PT Mega Capital Indonesia dalam wawancara kami menyampaikan bahwa inflasi tahunan pada bulan Mei 2014 sebesar 7,32 persen, masih manageble karena setelah bulan Ramadhan dan liburan sekolah akan terjadi deflasi sehingga diperkirakan hingga akhir tahun 2014, inflasi tahunan hanya akan berkisar di level 5 – 5,5 persen sesuai dengan target Bank Indonesia. Namun Hari menyampaikan bahwa level tersebut tercapai dengan asumsi tidak ada terjadi kenaikan BBM bersubsidi hingga akhir tahun 2014. Dengan asumsi tersebut, Hari memperkirakan Bank Indonesia tidak kembali menaikan BI Rate dan hingga akhir tahun 2014 tetap berada pada level 7,5 persen.

Grafik Inflasi Bulanan Indonesia Periode Januari 2009 - Mei 2014

Sumber : BPS, diolah Bareksa.com

Terkait dengan adanya defisit di bulan April 2014, diluar penurunan ekspor, hal itu juga terjadi karena adanya kenaikan impor non migas akibat adanya kenaikan pembelian mesin dan peralatan mekanik serta mesin dan peralatan listrik. Menurut Hari, hal ini tidak berulang dalam nominal yang sama pada bulan berikutnya dari sektor tersebut. Untuk bulan Mei dan Juni 2014, diperkirakan kenaikan impor berasal dari sektor migas karena menjelang Ramadhan konsumsi minyak mentah meningkat. Oleh sebab itu defisit diperkirakan masih akan berlangsung, namun dengan nilai yang lebih kecil. Akibat dari adanya defisit, maka Rupiah diperkirakan akan melemah, dan Bank Indonesia diperkirakan tidak banyak melakukan intervensi. Tujuannya agar impor dapat berkurang sehingga hingga akhir tahun defisit akan berkurang.