Bareksa.com – Dalam kondisi jangka pendek, investor memperkirakan dampak kerusuhan di Ukraina dapat menimbulkan krisis di Eropa. Dalam wawancara kami terhadap Bayu Cahyadi, analis dari PT Profindo International Securities, beliau mengatakan bahwa kerusuhan Ukraina belum berpotensi menimbulkan krisis, karena ekonomi negara – negara lain di Eropa masih menguat dan dinilai cukup untuk menopang Ukraina, terlebih Amerika juga sudah berkomitmen untuk membantu secara ekonomi. Meskipun jika perang antara Rusia dan Ukraina itu terjadi, potensi krisis komoditi akan muncul mengingat sebagian besar supply komoditi Eropa berasal dari Rusia.
Tetapi jika supply dari Rusia berkurang, maka akan berdampak pada kenaikan harga barang komoditas, dimana hal tersebut akan menguntungkan Indonesia mengingat industri di Indonesia sendiri saat ini masih berorientasi tambang dan perkebunan. Yang perlu diwaspadai adalah dampak kenaikan harga minyak terhadap inflasi dan juga beban anggaran pemerintah untuk membayar subsidi bahan bakar minyak. Namun menurut Bayu, belum ada kecenderungan untuk terjadinya perang antara Rusia dan Ukraina.
Berbanding terbalik dengan pendapat tersebut, analis PT Net Sekuritas, Fadli seperti yang dikutip dalam kontan.com, menilai bahwa saat ini pasar melihat perkembangan situasi Ukraina. Pasar saham global sangat rentan dengan berita buruk seperti krisis geopolitik di Ukraina. Parlemen Rusia telah setuju untuk mengirim tentara Rusia ke Ukraina. Menurut Fadli, hal ini bisa mempengaruhi suplai gas dan minyak di kawasan Asia.
Table 1 dan 2 : Data makro dan harga komoditas pada waktu perdangan Kamis, 6 Maret 2014 pukul 14:50 WIB
Source : Bareksa
Dalam wawancara pertamanya sejak Ukraina bergejolak, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwasannya pihaknya menyerang dengan cara yang lebih lunak. Diantaranya dengan mengecilkan kemungkinan serangan militer Rusia ke timur Ukraina dan memerintahkan pasukan yang terlibat dalam permainan perang di Barat Rusia kembali ke barak meskipun tetap ada pasukan Rusia di Crimea.
Menurut pantauan kami, ketegangan krisis Ukraina telah mereda dan hal ini membantu meningkatkan sentimen di pasar keuangan global sejak Selasa kemarin. Dari laporan yang kami pelajari, investor menyambut baik berita bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin memerintahkan tentara yang ditempatkan di perbatasan dengan Ukraina kembali ke markas setelah selesainya latihan militer. Ini terlihat dari penutupan pasar saham AS kemarin ,pada indeks S & P 500 naik 0,17 persen , dan Dow Jones Industrial Average menguat 0,38 persen. Di Eropa , indeks Stoxx 50 Price EUR menguat 0,27 persen , indeks FTSE 100 Index naik 1,9 persen , danDeutsche Borse AG German Stock Index DAX menambahkan 0,01 persen. Di Asia , Jepang Nikkei 225 Stock Average naik 0,09 persen ,sedangkan indeks Hang Seng Hong Kong naik dan China Shanghai Composite Index masing – masing turun tipis 0,26 persen dan 0,18 persen. Sementara IHSG (Indeks Harga Saham Gabungan) menutup perdagangan kemarin dengan berakhir menguat 28,69 poin atau menguat 0,62% dari penutupan perdagangan sebelumnya ke level 4.687,86. Sementara Indeks LQ45 menguat 0,70% ke level 788,54. IHSG hari Kamis tersebeut menyentuh nilai tertinggi di level 4.687,86 dan terendah di level 4.657,01. Investor asing mencatatkan pembelian bersih Rp 567,50 miliar. Frekuensi transaksi hari ini sebanyak 223.656 kali pada volume 5,72 miliar lembar saham senilai Rp 6,88 triliun. Sebanyak 179 saham naik, dan 127 saham turun.
Table : Rekapitulasi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Jum`at, 7 Maret 2014 sesi satu.
Source : Bareksa
Dari sisi kurs mata uang, Rupiah masih cukup kuat meskipun dalam jangka pendek akan melemah. Secara overall negara – negara berkembang saat ini masih terpukul dengan persoalan tapering dari Amerika. (np)
Table : Rekapitulasi nilai kurs pada perdangan Rabu, 6 Maret 2014 pukul 14:50 WIB
Source : Bareksa