3 indikator perekonomian Indonesia sudah di jalan yang benar

Bareksa • 12 Feb 2014

an image
Lanang Trihardian, analis investasi Syailendra Capital

Semakin membaiknya kondisi neraca perdagangan Indonesia telah membuat risiko defisit transaksi berjalan kini turun signi

Bareksa.com - Tahun 2014 ini ternyata menjadi tahun yang cukup baik untuk pasar saham Indonesia, paling tidak sampai dengan awal Februari ini. IHSG bahkan menjadi salah satu indeks dengan kinerja terbaik secara Year-to-Date dibandingkan dengan indeks regional, dengan kinerja sebesar +4,6%. Kinerja tersebut jauh lebih baik dibandingkan kinerja benchmark indeks emerging markets, MSCI ex-Japan, yang justru mengalami koreksi sebesar -5,9% YTD.

Membaiknya kinerja pasar saham Indonesia terutama ditopang oleh membaiknya data makroekonomi Indonesia 2-3 bulan terakhir. Kami sendiri sudah pernah menyatakan bahwa kinerja pasar saham di kuartal pertama 2014 ini akan sangat ditentukan oleh kinerja makroekonomi. Alasannya, memburuknya makroekonomi merupakan salah satu penyebab utama kinerja pasar saham tahun lalu buruk. Selain itu, pada awal tahun memang umumnya tidak banyak katalis di pasar saham. Maka tidak heran apabila ketika data neraca perdagangan bulan November dan Desember 2013 menunjukkan peningkatan surplus yang signifikan, sementara itu inflasi juga tampak mulai stabil, pasar saham pun bereaksi positif.

Minggu lalu IHSG sendiri akhirnya berhasil ditutup menguat sebesar 48 poin atau +1,1% WoW ke level 4467. Sementara itu, investor asing sepanjang pekan lalu juga masih tercatat melakukan net buying sebesar Rp250 miliar. Sedangkan nilai tukar Rupiah juga turut ditutup menguat ke level Rp12.161/USD.
 
BPS minggu lalu mengumumkan data Inflasi bulan Januari 2014 yang mencatatkan hasil yang relatif sesuai dengan ekspektasi, sehingga meredakan kekhawatiran investor tentang dampak bencana banjir yang melanda berbagai wilayah di Indonesia terhadap inflasi.

Inflasi Januari tercatat sebesar 8,22% YoY atau turun jika dibandingkan dengan bulan Desember sebesar 8,38%, sekaligus lebih rendah dari ekspektasi konsensus sebesar 8,34%. Sedangkan secara Month-on-Month, inflasi bulan Januari memang tercatat mengalami kenaikan menjadi 1,07% MoM dibandingkan bulan sebelumnya sebesar +0,55%, juga sedikit di atas ekspektasi konsensus sebesar 0,99%. Sementara data inflasi inti justru lebih positif dengan mencatatkan penurunan menjadi +4,53% YoY, dibandingkan bulan sebelumnya sebesar +4,98%.

Data inflasi tersebut kami nilai masih bagus, karena meskipun inflasi masih terus bertahan di atas 8%, namun masih relatif terkendali. Bahkan inflasi inti justru mencatat penurunan signifikan. Kami perkirakan inflasi masih akan tinggi di 1Q14, sebelum secara gradual turun ke level 5-6% YoY memasuki kuartal III 2014, saat dampak kenaikan harga BBM subsidi secara year-on-year sudah akan hilang.
 
Data yang jauh lebih positif datang dari data neraca perdagangan bulan Desember 2013, yang secara mengejutkan berhasil mencatatkan surplus yang sangat besar, jauh di atas ekspektasi konsensus. Surplus neraca perdagangan bulan Desember tercatat mencapai US$1,53 miliar, atau jauh di atas ekspektasi konsensus sebesar US$729 juta maupun surplus bulan November yang telah direvisi naik menjadi sebesar US$789 juta.

Melonjaknya surplus perdagangan terutama didorong oleh lonjakan ekspor non migas, khususnya ekspor bahan mineral mentah, untuk mengantisipasi kebijakan larangan ekspor bahan mineral mentah pada 12 Januari 2014. Surplus perdagangan yang ketigakalinya secara berturut-turut tersebut telah membuat kekhawatiran investor tentang defisit transaksi berjalan turun signifikan. Kini Indonesia telah berada di jalur yang benar untuk menekan defisit transaksi berjalan ke level yang lebih sehat, sekitar 2-2,5%.

Surplus neraca perdagangan Desember lalu kemungkinan tidak akan bertahan di level yang sama pada bulan-bulan berikutnya. Total nilai ekspor bahan mineral pada Desember mencapai hampir US$1 miliar. Apabila kita keluarkan keseluruhan US$1 miliar dari neraca perdagangan, maka surplus perdagangan masih akan mencapai US$500 juta. Perbaikan pada data neraca perdagangan tersebut mulai mencerminkan dampak kenaikan suku bunga BI rate dan depresiasi Rupiah yang mencapai >20%.
 
Data positif lainnya juga datang dari pertumbuhan PDB kuartal IV 2013 yang mencapai 5,7%, naik tipis dibandingkan kuartal III sebesar 5,6% dan jauh di atas ekspektasi konsensus sebesar 5,34%.

Bagusnya kinerja pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang periode kuartal IV 2013 lalu itu terutama ditopang perbaikan kinerja surplus ekspor yang jauh di atas ekspektasi. Disamping itu, aliran investasi juga masih sanggup bertahan dan hanya turun tipis.

Semakin membaiknya kondisi neraca perdagangan Indonesia telah membuat risiko defisit transaksi berjalan kini turun signifikan. Kami menilai data inflasi, neraca perdagangan, dan pertumbuhan PDB telah menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia sudah berada pada jalur yang benar.

IHSG pekan ini akan bergerak di kisaran 4321-4550. (kd)

*Lanang Trihardian adalah analis investasi PT Syailendra Capital