Jauh di bawah Malaysia, konsumsi semen Indonesia masih bakal

Bareksa • 06 Jan 2014

an image
Pekerja menaikan semen (ANTARA FOTO/Zabur Karuru)

Ada silang pendapat soal prospek di tahun ini, di area permintaan dan masuknya pemain-pemain baru.

Bareksa.com - Melihat perlambatan di sektor properti dan konstruksi, analis PT Ciptadana Sekuritas, Kris Jonan, meyakini akan ada penurunan permintaan semen di Indonesia pada tahun 2014. Menurutnya, hampir 70 persen penjualan semen selama ini adalah untuk pengembangan properti. Barulah sisanya untuk konstruksi, termasuk pembangunan proyek infrastruktur dan lain-lain. Karena dua sektor utama konsumen semen tersebut sedang memasuki periode stagnasi, industri semen juga diperkirakan akan bertumbuh secara moderat tahun ini.

Menurut Kris, akan terjadi pelebaran kesenjangan supply-demand karena permintaan semen melorot sementara kapasitas terus meningkat karena ada sejumlah pabrik yang baru dioperasikan. Ditambah lagi, masuknya pemain baru akan menyumbang terciptanya kapasitas berlebih ini.

Saat ini, pasar semen didominasi tiga pemain besar, yakni PT Semen Indonesia (persero) Tbk, PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk, dan PT Holcim Indonesia Tbk. Ke depan, diperkirakan akan muncul lebih banyak pemain di industri ini. Meski demikian, masih menurut Kris, para pemain baru akan dihadapkan dengan sederet masalah: distribusi, pengakuan merek, dan lainnya. Konsumen Indonesia telah memiliki preferensi merek, tergantung pada daerah masing-masing. Karena itu, para pemain baru perlu mengerahkan banyak taktik untuk bisa memasuki pasar, salah satunya dengan membanderol harga jual yang lebih rendah. Pada gilirannya, hal ini bisa mempengaruhi rata-rata harga jual (ASP) pemain lama ketika mereka mencoba mempertahankan pangsa pasarnya, dan akhirnya memukul harga jual karena pemain lama dipaksa untuk menyesuaikan harga mereka agar dapat bersaing.

Berkebalikan dengan Kris, analis PT Macquarie Capital Securities Indonesia, Andy Lesmana, melakukan riset lapangan untuk mengecek harga retail semen di sekitar Jakarta untuk melihat perbandingan harga (antara pemain baru dan pemain lama), serta tren harga semen. Beberapa poin kesimpulannya adalah: enam toko bahan bangunan menyatakan harga retail semen meningkat sekitar 2-3 persen di bulan Desember 2013. Sedangkan, rata-rata perbedaan harga antara merek lama dan baru ternyata hanya sekitar 4-5 persen. Jadi, diskrepansi harganya relatif minimal.

Dari ground check ini, Andy mendapatkan indikasi kuat bahwa permintaan semen retail dapat bertahan dengan baik. Volume penjualan tidak merosot selama bulan Desember, meskipun ada kenaikan harga.

Kesimpulannya, Andy menyatakan bahwa kenaikan harga saat ini sejalan dengan rencana produsen semen untuk menaikkan harga sekitar 4 persen di tahun 2013. Bahkan, masih ada ruang bagi produsen semen untuk mendongkrak harga lebih lanjut pada 2014 ini, setidaknya ke level yang sepadan untuk menutup kenaikan biaya dan untuk mempertahankan marjin laba. Andy meyakini persaingan dari pemain baru di pasar domestik tidak akan terpusat di faktor harga, tapi lebih di area promosi serta jaringan distribusi.

Untuk jangka panjang, Andy memperkirakan permintaan semen di Jakarta masih dapat meningkat, seiring dengan mulai berjalannya pembangunan sejumlah proyek infrastruktur berskala besar, seperti proyek MRT (Mass Rapid Transportation). 

Untuk proyeksi jangka panjang, Andy sejalan dengan Kris. Kris juga memproyeksikan industri semen akan tetap tumbuh, karena saat ini Indonesia masih berada di "tahap bayi" dalam hal konsumsi semen. Menurut data yang dihimpun Ciptadana, konsumsi semen per kapita di Indonesia masihlah sangat rendah dibandingkan 7 negara lainnya--China, Singapura, Malaysia, Vietnam, Thailand, Filipina, dan India. Pada 2012, konsumsi semen per kapita di Indonesia tercatat baru 223 ton per kapita, di bawah konsumsi rata-rata per kapita kedelapan negara ini yang sudah di angka sekitar 620 ton. Malaysia dan Thailand saja masing-masing sudah di angka masing-masing 623 juta dan 487 juta ton.

Terkait pemilu, Kris membubuhkan catatan bahwa setelah presiden baru terpilih dan kebijakan rezim baru ditetapkan, pembangunan proyek-proyek infrastruktur bakal terus diintensifkan. Ketika hal itu terjadi, permintaan semen akan cenderung menguat kembali. (kd)