Bareksa.com - Pasar saham Indonesia akhir-akhir ini tampak bergerak dalam kisaran 4100 – 4300. Hingga saat ini IHSG masih belum mampu menembus level psikologis 4300 sejak terakhir mencapainya pada awal Desember. Minggu lalu indeks bergerak sideways dengan kecenderungan menguat. Sempat melemah pada awal minggu akibat investor yang masih menunggu hasil rapat the Fed, pasar saham akhirnya rally kecil setelah investor global menyambut positif hasil rapat the Fed. Akhirnya the Fed memutuskan untuk mengurangi stimulus ekonomi berupa pembelian obligasi pemerintah dari yang sebelumnya US$85 miliar per bulan menjadi US$75 miliar per bulan mulai Januari 2014. Keputusan the Fed tersebut selain menghilangkan ketidakpastian yang sebelumnya menggelayuti pasar modal global mengenai kapankah the Fed akan menarik stimulusnya, sekaligus juga cukup bisa diterima pasar karena pengurangan stimulusnya yang relatif lebih kecil dari perkiraan. Selain itu the Fed juga mengumumkan proyeksi tingkat pengangguran tahun 2014 yang diturunkan menjadi 6,3% - 6,6%, lagi-lagi sangat positif bila benar-benar tercapai. IHSG akhirnya berhasil ditutup menguat, meskipun tipis, sebesar 21 poin atau 0,5% WoW ke level 4196. Sementara itu, investor asing pekan lalu berbalik tercatat melakukan net buying sebesar Rp427 miliar. Sedangkan nilai tukar Rupiah masih terus mengalami tekanan dan kembali terkoreksi tajam pekan lalu hingga akhirnya ditutup di level Rp12.214/USD.
Tahun 2013 tinggal dalam hitungan hari akan segera berlalu, diganti oleh masuknya tahun baru 2014. Tahun 2013 terbukti bukanlah tahun yang baik bagi kinerja pasar saham Indonesia. Secara Year-to-Date, IHSG bukannya mencatat kenaikan dan justru tercatat turun 2,9%, jauh di bawah kinerja FY2012 yang mencapai +13%. Kinerja tahun 2013 ini merupakan yang terburuk sejak tahun 2008 yang lalu. Kinerja pasar modal Indonesia tahun ini memang banyak mengalami tekanan, baik dari internal maupun eksternal. Dari sisi eksternal, tekanan terhadap Indonesia berasal dari sentimen negatif seputar rencana the Fed yang akan menarik atau mengurangi stimulusnya terhadap ekonomi AS. Bahkan sentimen eksternal inilah yang menjadi pemicu awal ambruknya pasar saham pada medio Mei 2013. Kemudian dari sisi internal, masalah terbesar Indonesia adalah memburuknya kondisi fundamental makro ekonomi, khususnya dari segi pembengkakan defisit transaksi berjalan (Current Account Deficit). Permasalahan defisit transaksi berjalan yang terlalu besar inilah yang membuat pasar saham Indonesia mengalami koreksi yang jauh lebih dalam dibandingkan negara-negara tetangga. Sementara berdasarkan sektor, kinerja terbaik tahun ini dicatatkan oleh sektor Konsumsi yang mengalami kenaikan sebesar 11,6%, kemudian disusul oleh sektor Perdagangan & Jasa (+4,3%), Konstruksi dan Properti (+1,3%) serta sektor Infrastruktur dan utilitas (+0,2%). Sedangkan sektor-sektor yang lainnya mencatat penurunan, yang dipimpin oleh sektor Pertambangan (-23,7%) dan sektor Aneka Industri (-14,1%).
Tahun 2013 menjadi tahun dimana Indonesia harus mengerem laju pertumbuhan ekonominya setelah ekonomi kita mulai menunjukkan tanda-tanda overheating. 2013 juga menjadi tahun dimana suasana politik menjadi semakin memanas, khususnya menjelang akhir tahun. Hal ini didorong oleh sudah semakin dekatnya masa Pemilu legislatif dan presiden 2014. Namun sayangnya 2013 juga menjadi tahun dimana beberapa kasus korupsi besar yang melibatkan beberapa oknum punggawa partai politik di Indonesia. IHSG pekan ini akan bergerak di kisaran 4100 - 4276.
*Lanang Trihardian adalah analis investasi Syailendra Capital