Bareksa.com - Kesuksesan Warren Buffet dalam berinvestasi menginspirasi banyak orang di dunia. Legenda hidup investor, pengusaha dan filantropis asal Amerika Serikat, Warren Buffett tercatat memiliki kekayaan US$78,9 miliar (setara Rp1.160 triliun dengan kurs Rp14.700 per dolar AS).
Nama Buffett sudah tidak asing di telinga para investor pasar modal. Kepiawaiannya dalam berinvestasi menghantarkannya menjadi salah satu crazy rich dunia. CEO Berkshire Hathaway yang merayakan hari ulang tahun yang ke 90 tahun pada 30 Agustus 2020 lalu itu piawai dalam berbisnis yang membuatnya masuk dalam jajaran miliarder dunia. Nasihat-nasihat Bufffett sering dijadikan kebijaksanaan investasi dan dianut oleh banyak investor di dunia.
Nasihat dari pria yang dijuluki sebagai peramal dari Omaha tersebut dianggap tetap relevan diterapkan hingga saat ini. Setidaknya ada empat pelajaran utama dalam investasi Buffett yang bisa kita tiru dan terapkan. Sebagaimana dilansir The Motley Fool (15/9/2020), empat pelajaran tersebut di antaranya :
1. Fokus pada tujuan jangka panjang
Ini merupakan nasihat bijak, ketika banyak investor fokus untuk menghasilkan keuntungan besar jangka pendek, sebagian dari mereka bukannya mendapatkan keuntungan, melainkan kerugian yang besar. Dengan berharap memperoleh keuntungan besar akibat fluktuasi jangka pendek, biasanya tidak didasarkan pada kinerja fundamental perusahaan, melainkan hanya karena faktor emosi dan pengaruh perasaan investor lain.
Menebak kinerja perusahaan di masa mendatang memang tak mudah, namun menebak perasaan investor lain apakah akan bersedia membeli suatu saham di harga murah (undervalue) atau mahal (overvalue) tidak semudah tebakan dengan melempar koin. Itulah kenapa diperkirakan 80-90 persen trader harian benar-benar kehilangan uang mereka.
Dengan waktu yang cukup, investor jangka panjang bisa mendapatkan harga saham yang tepat dan meraih keuntungan maksimal. Memang butuh waktu beberapa tahun untuk bisa mencapai ini.
2. Jangan anggap investasi seperti hobi
Nasihat ini terkait dengan nasihat pertama yakni fokus pada tujuan jangka panjang. Nasihat ini mengingatkan kita agar jangan menganggap investasi seperti sebuah hobi. Sebab pola pikir seperti ini akan membuat kita salah langkah dan harga yang dibayar akan cukup mahal. Terkadang keputusan investasi terbaik yang bisa kita lakukan adalah dengan tidak melakukan apa-apa.
Nasihat ini utamanya dengan melihat kondisi saat ini, di mana banyak profesi kehilangan pekerjaannya dan beralih jadi trader saham. Salah satu contohnya David Portnoy, pendiri dan CEO dari website olahraga kontroversial, Barstool Sports yang beralih jadi trader saham. Langkah Portnoy dalam memilih saham diikuti banyak orang, dan sukses terhubung ke reli pasar sejak Maret lalu. Namun kemudian awal September ini, Portnoy dilaporkan telah merugi US$4 juta, ketika saham-saham perusahaan teknoiogi merosot.
Memang tidak ada jaminan, investor jangka panjang juga tidak ikut rugi akibat kondisi pasar saat ini. Namun seorang investor yang tidak sekedar mencari sensasi dan kegembiraan sesaat dalam investasinya, akan lebih siap langkah, termasuk apabila terjadi aksi ambil untung.
3. Fikirkan diri sendiri
Dalam nada yang sama, seorang investor yang tidak ikut arus spekulasi saham, akan lebih baik mengambil keputusan mereka sendiri. Ini bukan berarti seorang investor tidak perlu meminta nasihat atau bantuan dari orang yang ahli. Sebab masukan dan nasihat dari orang yang ahli mungkin tidak selalu sesuai dengan kebutuhan dan keinginan kita. Seorang investor pemula mungkin tidak bisa merasakan hal ini, namun investasi di pasar modal tidak membutuhkan syarat intelektual tinggi atau pengalaman mumpuni. Namun syarat utamanya adalah disiplin dan akal sehat yang tinggi. Investor harus mampu membedakan antara sensasi dan peluang nyata.
4. Takutlah ketika semua orang serakah, dan serakahlah ketika semua orang takut
Warren Buffet sering menyatakan dirinya bukan orang pertama yang menyuarakan gagasan ini. Melainkan Benjamin Graham telah mengajari Buffett soal realitas ketakutan dan keserakahan, serta Baron Rothschild yang mencetuskan "waktu untuk membeli adalah ketika "darah" ada di jalanan". Artinya orang yang panik ketika berada di dasar pasar, sebenarnya mereka adalah orang yang demikian percaya diri ketika berada di puncak sebelumnya.
Jangan salah mengartikan nasihat ini seperti yang difikirkan sebagian investor. Dalam permukaan, kelihatannya seperti nasihat untuk kapan waktu masuk dan keluar dari pasar, atau membuat keputusan yang berlawanan dengan kondisi pasar. Itu bukan yang dimaksudkan oleh Buffett, seperti yang dilakukan oleh trader jangka pendek.
Pesan Buffett mengenai hal ini adalah jangan biarkan lingkungan, pemberitaan atau investor lain menghalangi kita untuk menjadi investor jangka panjang ketika harganya sedang murah. Sebab saham yang kelihatannya sangat murah atau sangat mahal secara ekstriim, biasanya bersifat sementara. Nasihat mengenai ketakutan dan keserakahan harus didasari tiga kebijaksanaan atau nasihat sebelumnya.
***
Ingin berinvestasi aman di reksadana yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Pilih reksadana, klik tautan ini
- Belajar reksadana, klik untuk gabung di Komunitas Bareksa. GRATIS
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus sebelum memutuskan untuk berinvestasi melalui reksadana.