Bareksa.com - Kinerja reksadana berbasis Obligasi Negara berpotensi ngegas seiring prediksi pemangkasan suku bunga acuan oleh Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve mulai September 2024 dan Bank Indonesia. Menurut Tim Analis Bareksa, imbal hasil reksadana pendapatan tetap itu bahkan secara historis sempat menyentuh 9,5% hingga 10,76% setahun lho.
Tim Analis Bareksa memprediksi pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed dan BI dalam setahun ke depan bisa mencapai 1,25%. Saat ini level suku bunga acuan The Fed di level 5,25% hingga 5,5% dan BI Rate di 6,25%. Karena itu setahun mendatang, suku bunga AS berportensi turun jadi 4-4,25% dan BI Rate jadi 5,25%. Tren suku bunga rendah berpotensi mendorong pasar Obligasi Negara, karena investor akan lebih memilih menyimpan asetnya di obligasi ketimbang deposito.
Menurut data historis, pada Oktober 2022, ekspektasi imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) acuan RI berada di level 7,5% dan BI Rate di level 4,75%, serta Fed Funds Rate 3-3,25%. Namun kemudian pada Juli 2023, saat BI Rate di 5,75% dan Fed Rate naik jadi 5,25-5,5%, yield SBN acuan RI di level 6,2%. Menurunya yield tersebut menandakan pasar obligasi bergairah dan investor sedang memburu SBN.
Tim Analis Bareksa melihat saat ini yield SBN acuan sedang berada di kisaran level 6,9-7,5%. Investor disarankan untuk mulai berinvestasi di reksadana berbasis SBN secara bertahap hingga September, karena level yield tersebut dinilai masih sangat menarik. Yield SBN acuan pada 2025 ditargetkan akan di kisaran 6,2-6,3% atau hampir senada dengan kinerja historis pada Juli 2023.
Berdasarkan data super app investasi Bareksa, tercatat top 10 reksadana pendapatan tetap dengan imbal hasil tertinggi pada Juli 2023 bisa mencatatkan cuan antara 9,59% hingga 10,76%. Beberapa produk reksadana berbasis Obligasi Negara yang bisa dipertimbangkan investor di antaranya Allianz Fixed Income Fund 2, Manulife Obligasi Negara Indonesia II kelas A, Avrist Prime Bond Fund, Principal Total Return Bond Fund dan Eastspring IDR Fixed Income Fund Kelas A.
Beli Eastspring IDR Fixed Income Fund di Sini
Beli Principal Total Return Bond Fund di Sini
Beli Avrist Prime Bond Fund di Sini
Beli Allianz Fixed Income Fund 2 di Sini
Sumber : Bareksa, kinerja per 14/7/2023
Tim Analis Bareksa menambahkan, dengan menguatnya kemungkinan pemangkasan suku bunga AS, setelah rilis data inflasi kuartal II 2024 yang semakin melandai menandakan prospek pemangkasan suku bunga global semakin cerah.
Menurut data CME FedWatch Tools (29/7), sebanyak 87,7% pelaku pasar memprediksi suku bunga AS dipangkas jadi 5-5,25% pada rapat September nanti. Kemudian pada Desember 2024, sebanyak 61,9% pelaku pasar yakin suku bunga The Fed turun jadi 4,5-4,75%. Bahkan pada Juni tahun depan, 35% pelaku pasar memperkirakan suku bunga Negara Paman Sam terpangkas jadi 3,75-4%.
Sumber : CME FedWatch Tool per 29/7/2024
Meski begitu, Tim Analis Bareksa mengingatkan agar investor mewaspadai risiko pasar akibat penerbitan Surat Utang Pemerintah AS yang bisa mebuat yield meningkat dalam jangka pendek pada akhir tahun nanti. Kondisi itu berpotensi mengakibatkan aliran dana asing akan masuk ke pasar obligasi AS dan bisa menekan kurs rupiah sementara waktu. Karena itu, investor disarankan untuk masuk investasi di reksadana Obligasi Negara secara bertahap, karena dampak pemangkasan suku bunga terhadap kinerja reksadana ini cukup signifikan.
(Ariyanto Dipo Sucahyo/Christian Halim/Sigma Kinasih/AM)
***
Ingin berinvestasi aman di saham dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli saham klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi Bareksa di App Store
- Download aplikasi Bareksa di Google Playstore
- Belajar investasi, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.