Sinyal Suku Bunga AS Semakin Ambyar, Reksadana Pilihan Bareksa Barometer Ini Cuan hingga 31%

Abdul Malik • 03 May 2024

an image
Ilustrasi ketidakpastian prospek penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve atau Fed Funds Rate mengakibatkan gejolak pasar modal termasuk IHSG. (Shutterstock)

Tim Analis Bareksa memprediksi gejolak pasar akibat sikap The Fed yang galau menurunkan suku bunga masih akan terjadi hingga September

Bareksa.com - Pasar saham Tanah Air bergejolak akhir-akhir ini akibat semakin tidak pastinya prospek penurunan suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Federal Reserve (The Fed). Bank sentral yang dipimpin Jerome Powell itu sebelumnya mengindikasikan akan mulai memangkas Fed Funds Rate pada semester II 2024, dengan frekuensi pemangkasan 3 kali. 

Namun kini sinyal pemangkasan suku bunga AS itu semakin ambyar. Sebab The Fed masih berpeluang mempertahankan suku bunga di level tinggi untuk waktu lebih lama. Ini terbukti, dalam hasil rapat FOMC pada Mei 2024, The Fed kembali menahan suku bunganya di 5,25-5,5%, level tertinggi dalam dua dekade terakhir. Kini pasar pun bersiap terhadap potensi suku bunga AS yang kemungkinan baru mulai dipangkas tahun depan.

Dalam hasil rapat Rabu waktu AS atau Kamis WIB itu, Bank Sentral Negara Adidaya juga mengumumkan akan memperlambat laju pengetatan kuantitatif mulai 1 Juni, dengan menurunkan batas jumlah sekuritas Treasury yang keluar dari neraca lebih dari setengahnya, menjadi US$25 miliar per bulan dari sebelumnya US$60 miliar. Imbal hasil (yield) Obligasi Pemerintah AS (US Treasury) menguat dari sekitar 4,7%-nan pekan lalu, jadi di kisaran 4,6%-nan pekan ini. 

Investasi Reksadana di Sini

Hal inilah jadi faktor utama yang membuat pasar modal Tanah Air bergejolak akhir-akhir ini. Imbal hasil (yield) Surat Berharga Negara (SBN) acuan 10 tahun menguat dari 7,2%-nan pekan lalu jadi 6,99% pekan ini. Pasar saham Tanah Air tak ketinggalan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah sepanjang bulan April 2024 dengan penurunan 0,7% dari 7.288 pada akhir Maret, menjadi 7,234 di akhir April. 

Menurut Tim Analis Bareksa, gejolak pasar akibat sikap The Fed yang galau menurunkan suku bunga setidaknya masih akan terjadi hingga September. Dengan begitu, investor disarankan untuk mengamankan keranjang investasinya di reksadana berbasis obligasi korporasi. Karena itulah mayoritas reksadana pilihan dalam daftar top 5 reksadana pendapatan tetap Bareksa Barometer untuk bulan Mei 2024 ialah produk reksadana berbasis obligasi korporasi. 

Tercatat Capital Fixed Income Fund menempati urutan pertama dalam daftar top 5 Bareksa Baromoter dengan skor Barometer Point 5 dengan kinerja imbal hasil tertinggi 1 tahun terakhir dengan return 6,87%. Imbalan tertinggi 3 tahun dicatatkan STAR Stable Income Fund cuan 31,02%. Meski begitu Tim Analis Bareksa menyarankan investor juga tetap mempertimbangkan untuk mendiversifikasikan investasinya di reksadana pasar uang.  

Bulan Mei 2024 ini terdapat banyak pendatang baru di Bareksa Barometer dibandingkan April. Yakni BRI Indeks Syariah, Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG Kelas A, TRIM Dana Tetap 2, TRAM Consumption Plus Kelas A. Batavia Dana Saham, BNP Paribas Pesona Syariah, TRIM Kapital Plus, PNM Dana Tunai, Sucorinvest Premium Fund dan Schroder Dana Kombinasi.

Investasi Reksadana di Sini

Selengkapnya daftar top 5 reksadana pilihan Bareksa Barometer dengan skor Barometer Point tertinggi di setiap jenis hasil penilaian bulan April untuk rekomendasi investasi pada Mei 2024 sebagai berikut: 

Top 5 Reksadana Pendapatan Tetap Pilihan Bareksa Barometer

Reksadana Pendapatan Tetap

Manajer Investasi

AUM Maret 2024

Barometer Point

Imbal Hasil 1 Tahun

Imbal Hasil 3 Tahun

Capital Fixed Income Fund

Capital Asset Management

Rp982,7 miliar

5

6,87%

17,31%

Trimegah Dana Tetap Syariah

Trimegah Asset Management

Rp163,89 miliar

5

5,46%

18,23%

STAR Stable Income Fund

Surya Timur Alam Raya Asset Management

Rp3,62 triliun


6,14%

31,02

Sucorinvest Sharia Sukuk Fund

Sucorinvest Asset Management

Rp2,36 triliun

4,5

4,46%

-

TRIM Dana Tetap 2

Trimegah Asset Management

Rp582,36 miliar

4

4,52%

14,58%

Sumber : Tim Analis Bareksa, penilaian Barometer per April, return per 2/5/2024

Investasi Trimegah Dana Tetap Syariah di Sini

Investasi Capital Fixed Income di Sini

Investasi STAR Stable Income Fund di Sini

Top 5 Reksadana Pasar Uang Pilihan Bareksa Barometer

Reksadana Pasar Uang

Manajer Investasi

AUM Maret 2024

Barometer Point

Imbal Hasil 1 Tahun

Imbal Hasil 3 Tahun

Capital Money Market Fund

Capital Asset Management

Rp724,18 miliar

5

5,72%

15,86%

Mega Dana Kas

Mega Asset Management

Rp356 miliar

4,5

5,31%

14,59%

Setiabudi Dana Pasar Uang

Setiabudi Investment Management

Rp764,82 miliar

4,5

5,1%

13,10%

Shinhan Money Market Fund

Shinhan Asset Management Indonesia

Rp475,8 miliar

4,5

5,27%

13,16%

PNM Dana Tunai

PNM Investment Management

Rp1,15 triliun

4

4,98%

-

Sumber : Tim Analis Bareksa, penilaian Barometer per April, return per 2/5/2024

Investasi Capital Money Market di Sini

Investasi Shinhan Money Market Fund di Sini

Top 5 Reksadana Saham Pilihan Bareksa Barometer

Reksadana Saham

Manajer Investasi

AUM Maret 2024

Barometer Point

Imbal Hasil 3 Tahun

Syailendra Equity Opportunity Fund Kelas A

Syailendra Capital

Rp126,3 miliar

4,5

9,84%

TRAM Consumption Plus Kelas A
Trimegah Asset Management
Rp215,84 miliar
4,5
5,75%

Batavia Dana Saham

Batavia Prosperindo Aset Manajemen

Rp1,91 triliun

4

7,01%

BNP Paribas Pesona Syariah

BNP Paribas Asset Management

Rp420,71 miliar

4

3,34%

TRIM Kapital Plus

Trimegah Asset Management

Rp292,96 miliar

4

20,79%

Sumber : Tim Analis Bareksa, penilaian Barometer per April, return per 2/5/2024

Investasi BNP Paribas Ekuitas di Sini

Investasi BNP Paribas Pesona di Sini

Investasi Trim Kapital Plus di Sini

Top 5 Reksadana Indeks Pilihan Bareksa Barometer

Reksadana Indeks

Manajer Investasi

AUM Maret 2024

Barometer Point

Imbal Hasil 3 Tahun

Trimegah FTSE Indonesia Low Volatility Factor Index

Trimegah Asset Management

Rp36,74 miliar

3

29,27%

BNP Paribas IDX Growth30
BNP Paribas Asset Management
Rp310,55 miliar
3
-

Avrist Indeks LQ45

Avrist Asset Management

Rp55,89 miliar

3

7,64%

BRI Indeks Syariah
BRI Manajemen Investasi
Rp35,86 miliar
3
-8,09%
Mandiri Indeks FTSE Indonesia ESG Kelas A
Mandiri Manajemen Investasi
Rp62,26 miliar
3
-

Sumber : Tim Analis Bareksa, penilaian Barometer per April, return per 2/5/2024

Investasi BNP Paribas IDX Growth30 di Sini

Investasi Trimegah FTSE Indonesia Low di Sini

Investasi Avrist Indeks LQ45 di Sini

Top 5 Reksadana Campuran Pilihan Bareksa Barometer

Reksadana Campuran

Manajer Investasi

AUM Maret 2024

Barometer Point

Imbal Hasil 3 Tahun

Setiabudi Dana Campuran

Setiabudi Investment Management

Rp62,42 miliar

4.5

35,17%

TRAM Alpha

Trimegah Asset Management

Rp114,77 miliar

4,5

10,14%

Sucorinvest Premium Fund
sucorinvest Asset Management
Rp3,25 triliun
4
38,85%
Schroder Dana Kombinasi
Schroder Investment Management Indonesia
Rp779 miliar
4
10,48%
Manulife Dana Campuran II
Manulife Aset Manajemen Indonesia
Rp116,67 miliar
3,5
4,21%

Sumber : Tim Analis Bareksa, penilaian Barometer per April, return per 2/5/2024

Investasi Schroder Dana Kombinasi di Sini

Apa yang Baru dari Bareksa Barometer?

Bareksa Barometer yang biasa dijadikan acuan oleh investor dalam berinvestasi reksadana jadi makin paten, seiring pembaruan metodologinya. Dengan inovasi ini, investor jadi punya panduan lebih mantap guna mencapai target investasinya dalam meraih cuan. Menurut Tim Analis Bareksa, inovasi terbaru Bareksa Barometer ialah dari sisi penilaian kinerja reksadana berdasarkan jangka waktunya.

Jika sebelumnya jangka waktu yang dinilai hanya 4 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan dan 1 tahun dengan bobot masing-masing 25%, kini ditambah menjadi 5 periode yakni 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, 9 bulan dan 1 tahun dengan bobot penilaian masing-masing 20%. Metode baru ini semakin meningkatkan kualitas penilaian Bareksa Barometer. Karena itu penilaian atas kinerja suatu produk reksadana jadi semakin maksimal dan handal.

Bobot Periode Kinerja Reksadana oleh Bareksa Barometer

Periode

1 tahun

9 bulan

6 bulan

3 bulan

1 bulan

Bobot

20%

20%

20%

20%

20%

Sumber : Tim Analis Bareksa​

Beli Reksadana di Sini

Selain itu, dari sisi benchmark atau acuan atas kinerja produk reksadana, Bareksa Barometer kini hanya mengacu pada kinerja 8 Indeks Reksadana Bareksa. Sebelumnya, penilaian juga menyertakan indeks LQ45 untuk reksadana konvensional dan Jakarta Islamic Index (JII) untuk reksadana syariah.

Ini karena Bareksa Fund Index mengukur kinerja rata-rata seluruh produk reksadana yang ada di Indonesia dari per jenis reksadana, yakni reksadana saham, campuran, pendapatan tetap dan pasar uang.

Kini penilaian kinerja suatu produk reksadana saham konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Saham Bareksa dan reksadana saham syariah akan dibandingkan dengan Indeks Reksadana Saham Syariah Bareksa.

Demikian juga penilaian kinerja produk reksadana pendapatan tetap konvensional akan mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Bareksa dan reksadana pendapatan tetap syariah mengacu pada Indeks Reksadana Pendapatan Tetap Syariah Bareksa.

Beli Reksadana di Sini

Sebelumnya, inovasi juga telah dilakukan Bareksa Barometer. Yakni Tim Analis Bareksa memaksimalkan penilaian Bareksa Barometer dari sisi momentum pergerakan pasar. Model ini dipilih karena Tim Analis Bareksa mempertimbangkan beberapa peristiwa penting yang sangat berdampak ke pasar modal.

Di antaranya beberapa kasus di industri pasar modal, pandemi Covid-19, hingga ancaman resesi global akibat kenaikan agresif suku bunga acuan Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Akibat beberapa peristiwa itu, pergerakan pasar saham dan obligasi menjadi sangat fluktuatif dan bergejolak, sehingga membuat investor ragu untuk berinvestasi ke aset yang lebih berisiko atau produk selain reksadana pasar uang.

Padahal, dengan strategi dan momentum yang tepat, dinamika pasar itu justru bisa dimanfaatkan untuk meraih cuan optimal. Karena itulah, Tim Analis Bareksa menyesuaikan model penilaian Bareksa Barometer guna menangkap peluang tersebut.

Meski begitu, penilaian dari sisi tata kelola yang baik (GCG) tidak mengalami perubahan dalam metode penilaian Bareksa Barometer.

Beli Reksadana di Sini

(Reynaldi Gumay/Sigma Kinasih/Christian Halim/AM)

***

Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?

- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store​
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS

DISCLAIMER

Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.