Bareksa.com - Reksadana pendapatan tetap masih menjadi rekomendasi untuk semester kedua tahun ini, seiring dengan kondisi ekonomi global yang tidak pasti. Produk reksadana pendapatan tetap yang berbasis obligasi korporasi dapat menjadi pilihan, saat yield Surat Berharga Negara (SBN) bergerak naik.
Tim Analis Bareksa kembali merekomendasikan reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi korporasi, yang lebih stabil untuk semester kedua ini seperti Capital Fixed Income Fund, Trimegah Fixed Income Plan dan STAR Stable Income Fund dikarenakan yield obligasi negara 10 tahun meningkat ke area 6,49%.
Beli Capital Fixed Income Fund
Beli Trimegah Fixed Income Plan
Investor juga dapat memantau reksadana pendapatan tetap berbasis SBN seperti Allianz Fixed Income Fund 2, Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A dan Mandiri Investa Dana Obligasi Seri II karena harga SBN terkoreksi dalam 2 bulan terakhir. Sehingga investor dapat melakukan akumulasi secara bertahap di produk jenis ini jika yield SBN 10 tahun naik lebih tinggi dari 6,6% dari saat ini di kisaran 6,49%. Sebagai catatan, yield yang meningkat mengindikasikan harga murah, sehingga memberi potensi kenaikan lebih tinggi di masa depan.
Beli Allianz Fixed Income Fund 2
Berikut sejumlah faktor yang menjadi latar belakang pertimbangan rekomendasi Tim Analis Bareksa:
Pada pekan lalu, data-data ekonomi China menunjukkan perlambatan ekonomi yang cukup mengkhawatirkan sehingga pemerintah China menunda penerbitan angka pengangguran usia 16-24 tahun dan Bank Sentral China menurunkan suku bunga sebesar 0,15% menjadi 2,5%. Hal tersebut membuat ekspektasi investor terhadap kondisi negara tersebut semakin menurun setelah kebijakan stimulus tidak kunjung diterbitkan oleh pemerintah China.
Beli Manulife Obligasi Negara Indonesia II Kelas A
Beli Mandiri Investa Dana Obligasi Seri II
Tabel Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Obligasi Korporasi
Nama Produk | Dana Kelolaan | Imbal Hasil | |
1 Tahun | 1 Januari - 16 Agustus 2023 | ||
Rp 35,88 Miliar | 5,94% | 4,83% | |
Rp 4,61 Triliun | 6,04% | 4,01% | |
Rp2,94 Triliun | 7,27% | 4,86% |
Tabel Reksadana Pendapatan Tetap Berbasis Obligasi Negara
Nama Produk | Dana Kelolaan | Imbal Hasil | |
1 Tahun | 1 Januari - 16 Agustus 2023 | ||
Rp164 Miliar | 7,92% | 5,55% | |
Rp 3,05 Triliun | 5,91% | 7,70% | |
Rp 628 Miliar | 5,37% | 7,38% |
Sumber: Tim Analis Bareksa, imbal hasil per 16 Agustus 2023, kelolaan per Juli 2023
Harga rumah di China dalam tren penurunan sejak bulan Juli tahun lalu. Penjualan properti secara nasional pun turun sebesar 43% secara bulanan. Hal ini membuat harga komoditas ekspor logam andalan Indonesia seperti nikel, timah dan tembaga mengalami penurunan akibat berita tersebut.
Dari dalam negeri, Rupiah melemah terhadap Dolar AS ke level Rp15.300 setelah surplus neraca perdagangan menyusut di bulan Juli ke level $1,31 miliar. Dengan melemahnya ekonomi China dikhawatirkan akan berdampak negatif ke neraca perdagangan Indonesia ke depannya. Jika Rupiah terus menerus terdepresiasi maka terbuka peluang bagi Bank Indonesia menaikkan suku bunga untuk menghambat penguatan Dolar AS.
Klik untuk Beli Reksadana Sekarang
(Christian Halim/Sigma Kinasih/hm)
* * *
Ingin berinvestasi aman di emas dan reksadana secara online yang diawasi OJK?
- Daftar jadi nasabah, klik tautan ini
- Beli reksadana, klik tautan ini
- Beli emas, klik tautan ini
- Download aplikasi reksadana Bareksa di App Store
- Download aplikasi reksadana Bareksa di Google Playstore
- Belajar reksadana, klik untuk gabung Komunitas Bareksa di Facebook. GRATIS
DISCLAIMER
Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja di masa mendatang. Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.