Bareksa.com - Usaha Kecil dan Menengah (UKM) maupun perusahaan berskala besar di Indonesia optimistis terhadap iklim usaha saat ini di tengah inflasi yang tinggi serta tantangan ekonomi global yang memengaruhi biaya operasi dan rantai pasok. Berdasarkan UOB Business Outlook Study 2024 (SMEs & Large Enterprises) mencatat lebih dari 9 dari 10 bisnis yang terdampak inflasi tinggi di 2023, Namun dibandingkan dunia usaha di negara lain, pebisnis RI merupakan yang paling optimistis terhadap prospek usaha di masa depan.
Untuk mengatasi tantangan di masa depan, perusahaan-perusahaan RI telah melakukan sejumlah langkah, antara lain meningkatkan produktivitas guna mencapai efisiensi, menerapkan digitalisasi untuk mendorong penghematan biaya, serta lebih aktif dalam negosiasi harga dengan pemasok atau vendor.
“Dunia usaha di Indonesia menunjukkan ketahanan dan optimisme yang luar biasa dalam menghadapi tantangan ekonomi. UOB Business Outlook Study 2024 menyoroti aspirasi dan pandangan positif dunia usaha terhadap iklim usaha di Tanah Air,” ungkap Harapman Kasan, Wholesale Banking Director, UOB Indonesia dalam siaran pers (12/8).
Sumber : UOB Indonesia
Studi ini mensurvei 525 perusahaan di Indonesia yang mencakup UKM dan perusahaan berskala besar dengan omzet tahunan Rp6 miliar hingga Rp3 triliun. Menurut Harapman, digitalisasi dan adopsi keberlanjutan dianggap penting untuk pertumbuhan masa depan UKM dan perusahaan berskala besar di Indonesia. Mereka memiliki keyakinan harus mengadopsi digitalisasi untuk mencapai produktivitas yang lebih tinggi, meningkatkan jangkauan pelanggan, serta meningkatkan kinerja usaha.
Hampir sembilan dari 10 bisnis di Indonesia telah melakukan digitalisasi di satu atau sejumlah departemen seperti di layanan profesional, manufaktur dan teknik. Di antara UKM dan perusahaan yang telah mengadopsi digitalisasi, beberapa telah mencatatkan peningkatan dalam pengalaman pelanggan dan profitabilitas. Namun, mereka menghadapi sejumlah tantangan, yakni khawatir soal keamanan siber (47%) dan menghadapi risiko tinggi akibat pembobolan data (36%) atau berjuang dengan biaya implementasi (31%) karena sulit untuk menjustifikasi nilai investasi.
Sumber : UOB Indonesia
Studi ini juga menemukan tingkat adopsi pebisnis RI terhadap perusahaan teknologi finansial (fintech), utamanya untuk adopsi teknologi investasi, serta teknologi akuntansi dan keuangan. Tercatat sebanyak 65% responden yang merupakan pelaku bisnis itu menyatakan telah atau berencana mengadopsi fintech teknologi investasi, 63% teknologi keuangan dan akuntansi dan 51% fintech pembayaran dan remitansi.
Sumber : UOB Indonesia
Sebanyak 62% pebisnis percaya fintech merupakan solusi efisensi biaya mereka, dengan 60% merasa transaksi dan layanannya lebik, 58% responden menyatakan layanan fintech lebih nyaman dan 49% menyatakan biayanya lebih murah.
Seiring tingginya optimisme pelaku bisnis terhadap usahanya di masa depan, kamu sebagai investor institusi atau juragan UKM juga mesti jeli memilih instrumen investasi agar tetap cuan dalam mengamankan laba usaha. Menurut Tim Analis Bareksa, mempertimbangkan prospek pemangkasan suku bunga global yang semakin menguat, yang bisa mendorong bergairahnya pasar Surat Berharga Negara (SBN), maka investor instutusi dan pebisnis bisa mempertimbangkan investasi di reksadana berbasis Obligasi Negara.
Beberapa produk reksadana pendapatan tetap berbasis obligasi negara yang bisa dipertimbangkan investor di antaranya Allianz Fixed Income Fund 2 yang mencatat imbal hasil 1,65% sebulan terakhir (per 13/8/2024). Kemudian Bahana Obligasi Kehati Lestari Kelas G dengan cuan 1,59%, Syailendra Fixed Income Fund Kelas A return 1,43%, Avrist Prime Bond Fund 1,51%, serta Manulife Obligasi Negara II Kelas A dengan keuntungan 1,57% sebulan terakhir.
Reksadana | 1 Bulan (%) | 1 Tahun (%) | 5 Tahun (%) | Dana Kelolaan |
Reksa Dana Allianz Fixed Income Fund 2 | 1,65% | 3,08% | 34,78% | Rp80 miliar |
Bahana Obligasi Kehati Lestari Kelas G | 1,59% | 1,39% | 28,06% | Rp198 miliar |
Syailendra Fixed Income Fund Kelas A | 1,43% | 1,72% | 30,32% | Rp100 miliar |
Avrist Prime Bond Fund | 1,51% | 1,82% | 29,42% | Rp142 miliar |
Manulife Obligasi Negara II Kelas A | 1,57% | 1,28% | 33,3% | Rp2,5 triliun |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 13/8/2024
Meski begitu, Tim Analis Bareksa menyarankan investor tetap mempertahankan investasinya di reksadana berbasis obligasi korporasi karena kinerja yang cenderung lebih stabil ketimbang yang berbasis SBN. Langkah itu untuk menjaga keranjang investasi yang dimiliki investor mencatat kinerja sesuai ekspektasi.
Reksadana | 1 Bulan (%) | 3 Bulan (%) | 1 Tahun (%) | Dana Kelolaan |
Insight Renewable Energy Fund | 0,58% | 1,7% | 7,05% | Rp821 miliar |
Capital Fixed Income Fund | 0,58% | 1,67% | 7% | Rp1,67 triliun |
I-Hajj Syariah Fund | 0,6% | 1,73% | 6,18% | Rp1,4 triliun |
Capital Sharia Fixed Income | 0,64% | 1,68% | 6,17% | Rp34,5 miliar |
STAR Stable Amanah Sukuk | 0,79% | 1,66% | - | Rp201,3 miliar |
Sumber : Tim Analis Bareksa, data per 13/8/2024
Beberapa produk reksadana berbasis obligasi korporasi yang bisa dipertimbangkan investor yakni Capital Fixed Income Fund yang mencatat return 7% setahun terakhir, Insight Renewable Energy Fund dengan cuan 7,05%, Capital Sharia Fixed Income dengan imbal hasil 6,17% dan I-Hajj Syariah Fund 6,18%. Adapun STAR Stable Amanah Sukuk yang belum berusia setahun, kinerja sepanjang tahun berjalan hingga 13 Agustus 2024 melesat 4,69%.
Super app investasi Bareksa kini menyediakan solusi investasi khusus usaha, untuk membantu berbagai jenis bisnis baik berupa UMKM atau institusi seperti yayasan, dana pensiun hingga korporasi besar dalam mengelola keuangan dan memaksimalkan keuntungan usaha, melalui investasi reksadana dengan memanfaatkan platform Bareksa Bisnis.
Semua jenis bisnis dapat membuka akun di layanan ini, baik yang sudah berbadan hukum berupa CV maupun PT, ataupun yang masih dimiliki perseorangan. Bagi yang sudah berbadan hukum, syaratnya harus mendaftarkan NPWP badan usaha mereka.
Pemilik bisnis atau institusi yang mendaftar menjadi investor di Bareksa akan mendapat pendampingan investasi oleh relationship manager yang berpengalaman dari Bareksa. Platform Bareksa Bisnis juga menyediakan berbagai fitur yang dibutuhkan, antara lain otorisasi berlapis sebagai mekanisme kontrol perusahaan, notifikasi pengingat hasil investasi, serta laporan investasi yang lengkap untuk memudahkan pengelolaan manajemen kas perusahaan.
1. Multiple User Access
Beberapa stakeholder dapat masuk ke dalam akun institusi yang terdaftar.
2. Investment Report
Menyajikan laporan data investasi bagi para stakeholder.
3. Document Approval
Mendukung alur kerja institusi dalam bertransaksi.
4. Order Reminder
Sebagai pengingat untuk investasi secara rutin.
1. Terdaftar dan Diawasi OJK
Bareksa Bisnis memiliki lisensi sebagai agen penjual reksadana (APERD) di website OJK.
2. Sistem yang Aman
Bareksa Bisnis memiliki keamanan berlapis dengan tim support khusus jika terjadi kendala.
3. Lengkap & Mudah Diakses
Hanya dengan mengakses website tanpa perlu install aplikasi, dapatkan tampilan portfolio yang komprehensif.
4. Relationship Manager Berpengalaman
Dapatkan rekomendasi reksadana untuk perjalanan dan hasil investasi yang lebih optimal.
5. Gratis Biaya Transaksi
Investor Institusional tidak dibebankan biaya pembelian maupun penjualan. Kecuali produk reksadana dari manajer investasi Schroders dan Sinarmas.
Sumber : Bareksa
Ayo segera daftar di Bareksa Bisnis dan kelola dana kas lebih baik dengan investasi di Bareksa.
(Sigma Kinasih/AM)
* * *
- Download super app investasi Bareksa di App Store
- Download super app investasi Bareksa di Google Play Store
- Daftar akun di Bareksa sebagai pelaku usaha di sini
DISCLAIMER
Investasi reksadana mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami prospektus dan fund fact sheet dalam berinvestasi reksadana.