Sentimen Positif BI Rate Tetap Belum Mampu Menahan Penurunan Saham Perbankan
Risiko yang lebih besar saat ini berasal dari eksternal terkait kenaikan suku bunga Bank Sentral AS dan Cina
Risiko yang lebih besar saat ini berasal dari eksternal terkait kenaikan suku bunga Bank Sentral AS dan Cina
Bareksa.com - Dalam Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG-BI) yang digelar pada Kamis 22 Maret 2018, BI memutuskan mempertahankan BI 7 days Reverse Repo Rate di level 4,25 persen, dengan suku bunga Depositi Facility tetap di level 3,5 persen dan Lending Facility di level 5 persen. Semuanya akan berlaku efektif sejak hari ini, Jumat, 23 Maret 2018.
Langkah yang diambil BI berbeda dengan bank sentral dari dua negara dengan ekonomi terbesar dunia yakni Amerika Serikat (AS) dan Cina. Sebelumnya pada hari Rabu, Bank Sentral AS memutuskan untuk menaikkan tingkat suku bunga 0,25 persen ke level 1,75 persen.
Selang sehari kemudian, Bank Sentral Cina (PBOC) pada hari kamis menyusul kebijakan yang diambil The Fed dengan menaikkan suku bunga 0,05 persen ke level 2,55 persen.
Promo Terbaru di Bareksa
Direktur Eksekutif Bank Indonesia, Agusman menjelaskan kebijakan mempertahankan BI 7 days Reverse Repo Rate konsisten dengan upaya menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta turut mendukung pemulihan ekonomi domestik.
BI memandang bahwa pelonggaran kebijakan moneter yang ditempuh sebelumnya tetap memadai untuk terus mendorong momentum pemulihan ekonomi domestik.
Sejumlah risiko tetap perlu diwaspadai, baik yang bersumber dari eksternal seperti peningkatan ketidakpastian pasar keuangan global dan kecenderungan penerapan inward-oriented trade policy di sejumlah negara, juga dari dalam negeri terkait kenaikan inflasi.
Untuk itu, BI terus mengoptimalkan bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran untuk menjaga keseimbangan antara stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan dengan proses pemulihan ekonomi yang sedang berlangsung, khususnya dengan memitigasi peningkatan risiko jangka pendek.
BI juga semakin memperkuat koordinasi kebijakan dengan pemerintah untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan serta penguatan pelaksanaan reformasi struktural.
Peningkatan investasi terutama yang terjadi pada sektor konstruksi seiring penyelesaian proyek infrastruktur, konsumsi didukung dengan daya beli masyarskat yang terjaga dan peningkatan pengeluaran terkait Pilkada dan sebagainya. Beberapa faktor tersebut diperkirakan akan menjadi penopang pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.
Kondisi sistem keuangan juga diperkirakan dalam kondisi stabil di tengah intermediasi perbankan yang belum kuat. Terjaganya stabilitas sistem keuangan tercermin pada rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) perbankan yang cukup tinggi mencapai 23,2 persen dan rasio likuiditas aset lancar dibandingkan dana pihak ketiga (AL/DPK) 23,2 persen pada Januari 2018.
Sementara itu, rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sedikit naik menjadi 2,9 persen (gross) atau 1,3 persen (net) pada Januari 2018.
Selain itu, BI berupaya mendorong mediasi dari sisi kebijakan makro prudential, di mana pihaknya akan mengeluarkan instrumen berupa 'magician of prudential'.
Di sini bank akan memberikan kredit dengan mengeluarkan surat-surat berharga yang diterbitkan oleh perusahaan-perusahaan yang mencari dana di pasar modal maupun pasar obligasi. Meskipun tidak dalam bentuk kredit, tapi berupa pembiayaan oleh perbankan terhadap korporasi yang membutuhkan dana juga akan lebih meningkat.
Di tengah pertumbuhan kredit yang masih terbatas, pembiayaan ekonomi melalui pasar modal, seperti penerbitan saham (IPO dan rights issue), obligasi korporasi, dan medium term notes (MTN) terus mengalami peningkatan 99,8 persen (yoy) pada Januari 2018.
Hal tesebut sejalan dengan program pendalaman pasar keuangan. BI memperkirakan pertumbuhan kredit dan dana pihak ketiga(DPK) akan lebih baik pada 2018, masing-masing di kisaran 10-12 persen (yoy) dan 9-11 persen (yoy).
Bursa Saham
Sementara itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada perdagangan Kamis, kemarin terpantau turun cukup signifikan melemah 0,93 persen di level 6.254,07.
Penurunan tersebut tak lain merupakan dampak dari kenaikan suku bunga The Fed pada Rabu yang dikhawatirkan akan menyebabkan outflow dana investor asing yang ”pulang kampung” ke Negeri Paman Sam.
Tekanan jual cukup tinggi langsung terjadi pada saham-saham dalam sektor keuangan yang tercatat turun 1,78 persen, atau yang terbesar dari sepuluh sektor yang ada.
Tiga besar saham yang paling berkontribusi besar menekan IHSG kemarin semuanya berasal dari sektor keuangan, yakni BBRI (-3,41 persen), disusul BMRI (-2,74 persen), dan BBNI (-3,77 persen).
Nampaknya sentimen positif dari BI 7 days Reverse Repo Rate yang tetap berada di level 4,25 persen cenderung diabaikan oleh pasar, mengingat risiko yang lebih besar saat ini berasal dari eksternal terkait kenaikan suku bunga AS dan Cina serta potensi perang dagang yang semakin nyata.
Sementara pada perdagangan jumat 23 Maret 2018, IHSG masih terpantau turun 0,7 persen. Sektor keuangan masih menjadi salah satu sektor yang tertekan pada hari ini meskipun tidak sebesar kemarin, yaitu hanya -0,34 persen atau yang mengalami penurunan paling kecil dibandingkan sembilan sektor lainnya.
Adapun saham-saham yang kembali melemah dalam sektor keuangan antara lain BBNI (-1,96 persen) dan BBRI (-1,90 persen), sementara BMRI berhasil menguat tipis 0,62 persen dan BBCA naik 1,49 persen. (AM)
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.381,72 | 0,79% | 4,58% | 7,47% | 8,70% | 19,15% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.092,63 | 0,46% | 4,81% | 6,91% | 7,36% | 2,52% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk | 1.077,99 | 0,64% | 3,96% | 6,92% | 7,73% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.842,22 | 0,53% | 3,90% | 6,53% | 7,39% | 16,96% | 39,93% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.266,09 | 0,79% | 3,81% | 6,34% | 7,11% | 19,79% | 35,60% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.