Pasca Moratorium Proyek Jalan Layang, Sampai Kapan Saham BUMN Karya Terdampak?
Pasca melemah akibat pengumuman moratorium, saham WSKT dan ADHI stabil, sementara saham WIKA sudah mulai berbalik arah
Pasca melemah akibat pengumuman moratorium, saham WSKT dan ADHI stabil, sementara saham WIKA sudah mulai berbalik arah
Bareksa.com – Saham-saham emiten konstruksi milik pemerintah sempat melemah, pasca pengumuman moratorium atau penghentian sementara seluruh proyek infrastruktur berstruktur melayang menyusul adanya insiden kecelakaan kerja. Kinerja keuangan perusahaan-perusahaan yang kerap disebut sebagai BUMN karya ini dipercaya dapat menopang pergerakan saham mereka di Bursa Efek Indonesia.
Pada 20 Februari 2018, Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), Basuki Hadimuljono atas arahan Presiden Joko Widodo memutuskan untuk melakukan moratorium atau penghentian sementara seluruh proyek infrastruktur berstruktur melayang. Moratorium yang berlaku pada berbagai macam proyek, termasuk jalan tol, kereta ringan (light rail transit/ LRT) dan MRT tersebut belum ditentukan batas waktunya.
Pengumuman moratorium itu menyusul kecelakaan kerja dalam konstruksi yang kembali terjadi, kali ini menimpa proyek jalan tol Bekasi-Cawang-Kampung Melayu (Becakayu) yang dikerjakan oleh PT Waskita Karya Tbk (WSKT). Waskita merupakan salah satu BUMN konstruksi yang mengerjakan proyek tol Bekasi – Cawang – Kampung Melayu (Becakayu). Sementara itu, PT Wijaya Karya Tbk (WIKA) merupakan kontraktor pelaksana proyek light rail transit (LRT), yang sempat mengalami runtuhnya box girder.
Sebagai emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia, tentu saham WSKT mendapat sentimen negatif dari keluarnya moratorium itu, apalagi setelah diberitakan akan mendapatkan sanksi. Bahkan, sejumlah emiten konstruksi BUMN lainnya ikut terseret turun.
Grafik: Pergerakan Harga Saham WIKA, ADHI, WSKT 19-21 Februari 2018
Sumber: Bareksa.com
Dalam dua hari perdagangan (20-21 Februari), harga saham WSKT anjlok sebesar 5,47 persen, saham WIKA turun 3,98 persen dan saham PT Adhi Karya Tbk (ADHI) turun 3,23 persen. (Lihat Ini Historis Pergerakan Saham Waskita Setiap Terjadi Kecelakaan Kerja)
Meskipun demikian, pada perdagangan hari ini 22 Februari 2018, saham WSKT dan ADHI stabil dan tidak mengalami perubahan. Sementara itu, saham WIKA sudah mulai berbalik arah (rebound) sebesar 0,5 persen.
Hal ini senada dengan pandangan analis CIMB Sekuritas (YU) yang mengatakan penurunan ini hanya akan berlangsung sementara sekitar satu sampai tiga hari. Alasannya, dari sisi kinerja, emiten konstruksi terutama Waskita, membukukan kinerja yang cemerlang sepanjang 2017.
Pendapatan Waskita sepanjang tahun lalu meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan 2016, menjadi sebesar Rp45,44 triliun. Hal ini mendorong laba bersih perseroan juga melonjak 135,9 persen pada 2017 yakni senilai Rp4,27 triliun dibandingkan 2016 yang sebesar Rp1,81 triliun.
Perbandingan Pendapatan ADHI, WSKT, WIKA (Rp triliun)
2017* Prognosa kinerja 2017
Sumber: materi presentasi BUMN konstruksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diolah Bareksa
Sementara itu ADHI telah memaparkan prognosa kinerja pada 2017 yang membukukan pendapatan Rp15,11 triliun, angka ini meningkat dari perolehan tahun sebelumnya Rp11,06 triliun. Meningkatnya pendapatan mendorong laba bersih tercatat Rp526 miliar, meningkat dari tahun 2016 yang sebesar Rp313 miliar. (Baca : Emiten Konstruksi Masih Ekspansif di 2018, ADHI dan PTPP Dinilai Paling Menarik).
Perbandingan Laba ADHI, WSKT, WIKA
2017* Prognosa kinerja 2017
Sumber: materi presentasi BUMN konstruksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) diolah Bareksa
Sementara itu kinerja WIKA membukukan laba bersih Rp1,1 triliun, hanya naik tipis dibandingkan 2016 yang senilai Rp1,04 triliun.
Adapun kontrak baru yang berhasil dicapai oleh WIKA pada tahun 2017 mencapai Rp48,2 triliun. Angka ini masih di bawah Waskita yang mengantongi kontrak sebesar Rp55,8 triliun, tetapi berada di atas kontrak ADHI yang mengantongi kontak baru sebesar Rp37,7 persen.
Prognosa Kontrak Baru ADHI, WSKT, WIKA 2017
Sumber: materi presentasi BUMN konstruksi di Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Kemudian, riset CIMB yang sudah dibagikan pada nasabah tersebut menyebutkan bila moratorium ditetapkan lebih lama daripada yang diharapkan, yakni sebulan, dampaknya masih tetap minimal untuk proyek-proyek jalan layang dengan target penyelesaian di akhir 2018. "Penundaan penyelesaian proyek dapat mengganggu kinerja laba kuartalan BUMN konstruksi tetapi tidak kinerja keseluruhan tahun 2018," tulis riset itu.
Tiga dari empat proyek, yang diperkirakan selesai pada akhir 2018, sudah selesai sekitar 83-93 persen. Proyek LRT Jakarta yang dipegang WIKA, juga diperkirakan selesai akhir 2018, baru kelar 60 persen. Namun, CIMB memperkirakan proyek ini akan selesai sebelum Asian Games berlangsung pada Agustus 2018, karena LRT Jakarta dibutuhkan untuk mendukung acara tersebut. (hm)
DISCLAIMER
Semua data return dan kinerja investasi yang tertera di dalam artikel ini tidak dapat digunakan sebagai jaminan dasar perhitungan untuk membeli atau menjual suatu efek. Data-data tersebut merupakan catatan kinerja berdasarkan data historis dan bukan merupakan jaminan atas kinerja suatu efek di masa mendatang. Investasi melalui saham mengandung risiko. Investor wajib membaca dan memahami kinerja keuangan saham tersebut.
Pilihan Investasi di Bareksa
Klik produk untuk lihat lebih detail.
Produk Eksklusif | Harga/Unit | 1 Bulan | 6 Bulan | YTD | 1 Tahun | 3 Tahun | 5 Tahun |
---|---|---|---|---|---|---|---|
Trimegah Dana Tetap Syariah Kelas A | 1.382,65 | 0,56% | 4,26% | 7,54% | 8,69% | 19,21% | - |
Trimegah Dana Obligasi Nusantara | 1.093,4 | 0,43% | 4,43% | 6,99% | 7,44% | 2,54% | - |
STAR Stable Amanah Sukuk autodebet | 1.079,4 | 0,60% | 3,98% | 7,06% | 7,74% | - | - |
Capital Fixed Income Fund | 1.844,45 | 0,53% | 3,89% | 6,66% | 7,38% | 17,02% | 40,39% |
Insight Renewable Energy Fund | 2.270,42 | 0,81% | 3,88% | 6,54% | 7,20% | 20,19% | 35,64% |
Produk Belum Tersedia
Ayo daftar Bareksa SBN sekarang untuk bertransaksi ketika periode pembelian dibuka.